Oleh: Fr Selpius Goo
Tuhan
memang sangat mencintai kita manusia. Tuhan mencintai kita manusia secara
khusus atau pribadi. Oleh sebab itu, Tuhan menciptakan kita secara khusus pula.
Tuhan membuat kita masing-masing unik dan istimewa. Keunikan diri kita
masing-masing adalah dalam hal: jasmani, kemampuan, sifat dan pengalaman.
Keunikan yang dimiliki itu perlu disadari
sebagai anugrah istimewa dari Tuhan. Saya bersyukur karena Tuhan menciptakan
saya secara khusus dan unik. Dalam keunikan itu, saya juga sudah dan sedang
menjalani masa orientasi pastoral di daerah yang unik dan bertemu serta bersama
dengan sesama yang unik pula. Perpaduan keunikan itu memberi warna dalam
dinamika hidup bersama.
Keunikan
diri dan pribadi itu sebagai kekayaan yang terbesar demi kebaikan bersama dan
kemuliaan nama Tuhan. Selama saya menjalani masa orientasi Pastoral, begitu
banyak keunikan istimewa yang dapat saya jumpai. Pertama-tama dari Pastor
Yustinus Rahanggiar Pr yang menunjukkan kerendahan hati dalam berpastorl dan
kemampuaannya dalam hal pertukangan serta memperbaiki alat-alat elektonik.
Selain
itu, pastor menunjukkan kesabaran dan ketenangan dalam hal apa saja. Nilai
istimewa juga dinyatakan Seorang mono bernama Bartolomeus Selegani yang selalu
jujur. Ia membagikan rokok yang dimilikinya kepada sesama yang tidak merokok,
jika ia tidak mempunyai rokok ia juga memintanya kepada lelaki yang merorok dan
ketika orang memberi rokok, ia selalu menolak jika ada rorkok.
Dalam
hal keunikan, tentunya umat juga banyak mensharingkan pengalaman unik yang
menyakitkan, menyedihkan dan meneguhkan iman sera mengaktualisasikan
kemampuannya. Salah satu Aktualisasi kemampuan dari umat yang dapat meneguhkan
dan menguatkan saya dalam menjalani masa TOP adalah keberaniaan. Keberanian itu
dibentuk oleh medan yang amat berat.
Medan yang berat membentuk suku-suku yang
mendiami Kabupaten Intan Jaya yakni suku Migani, suku Ndauwa dan suku Dani
menjadi berani dan kuat. Berani dan kuat melewati lereng gunung, berani dan
kuat menyebrangi kali, berani dan kuat membuat kebun di daerah perbukitan dll.
Dengan keadaaan alam yang demikian berat maka ketiga suku itu menunjukkan
keberanian dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Frater Selpius Goo, Berjalan Di Depan Pastoran Bilogai (Foto: Migani) |
Keunikan
alam dan sesama yang saya jumpai dalam menjalani masa orientasi itu meneguhkan
dan menguatkan saya.
Selain
itu, menuntut agar berani dan kuat. Berani untuk menjalani tugas yang
diberikan, berani salah dan berani membetulkan, berani membuka diri, berani
menghadapi tantangan, berani menegahkan kebenaran, keadilan, kemerdekaan,
berani mewartakan kabar gembira, berani mengambil keputusan pilihan hidup, dll. Keberanian
itu bersumber dari Allah maka berteduh dan berjalan dibawa keberanian Ilahi.
Keunikan
itu anugrah, talenta memberi nilai tersendiri yang menjadi kekayaan pribadi.
Aktualisasi aneka keunikan itu memancarkan cahaya kebesaran dan kemuliaan nama
Tuhan. Dari semua kepalsuaan dunia, kemuliaan nama Tuhan terus bersinar terang
benderang dalam aktualisasi keunikan alam dan sesama memberi seberkas peneguhan
dalam menitih panggilan hidup sejati.
Penulis Adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar
Timur (STFT’ FT) yang telah menyelesaikan strata satu yang tenggah menjalani
masa Orientasi Pastoral (TOP) Di Kabupaten Intan Jaya Tahun 2013-2014