Nomor Baru Janda Mudah


Didiklah Wanita Papua, Untuk Memperoleh Generasi Yang Terdidik.
NABIRE- Saat itu hari jumat tanggal Enam November tahun dua ribu lima belas pukul sebelas siang waktu Papua, saya dikontak dari salah satu nomor baru. Saya hendak mengangkat untuk bicara, tetapi sudah dimatikan, maka saya mengontaknya, namun  dia mematikan handponenya, lalu mengatakan; lewat Pesan Singkat (Source Message Service) kaka SMS Saja.

Saya pun SMSnya; maaf dengan siapa dimana?
Dia membalas; kaka, saya di Nabire dan perlu kaka untuk ketemu.
Saya pun membalas; dengan ade siapa? Kaka ni dengan ade Herlina. Ade Herlina tidak punya marga ka. Dia mengatakan; saya akan menjelaskan ketika bertemu kaka. Saya mengatakan; maaf ade, saya tidak mengenal ade, jadi sebaiknya ade sebut nama lengkapa dan asal dari mana? Namun dia mengatakan; saya akan menjelaskan ketika bertemu. Saya membalas, baik ketemu dimana dan kapan? Lalu dia bilang dari kaka saja.

Ade yang memaksa saya untuk bertemu, maka dimana tempat yang ade mau ajak saya bicara. Dia bilang dari kaka, maka saya meminta untuk bertemu di Pantai Maf yang saat ini disebut pantai Nabire pada hari sabtu jam lima sore.

Hari sabtu pagi dia menelpon saya dan matikan handponenya, lalu saya menelponya, tetapi dia matikan dan mengatakan lewat pesan singkat; kaka sebentar jadi atau tidak. Saya bilang; kalu ade bilang jadi, ya kita ketemu. Tepat jam lima kosong-kosong dia mengirim pesan; kaka sudah siap ka, saya bilang jam stengah enam atau jam enam saya akan datang. Tepat jam enam dia mengirim pesan; kaka saya di pantai maf.

 Saya menumpanggi sala satu ojek dan menuju kesana dan berhenti di pantai maf dan mengirim  pesan kepadanya; ade dimana? Kaka datang ke ujung sini, dekat pinggir kali ni, sebelah rumah makan Idolah ni. Saya pun menuju kesana sambil memandang kearah dimana dia berada.

Dia pun berdiri dan memanggil saya lalu SMS; Kaka saya ada panggil ni datang kesini. Sayapun mendekatinya sambil menatapnya, Dia hitam manis, tidak tinggi dan tidak pendek, memakai celana pres abu-abu, baju hitam bertulisan rasta, jeket merah, rambut dianyam rapi, alis mata sedikit dicukur, memakai bibir merah dan memakai kuteks dikaki serta kuteks di tanggannya. Saya memberi salam dan memegang telapak tanggannya; tangan nya lemas dan dinggin. Sambil memegang tangannya saya memandangnya dan menyuruhnya untuk menaikan resliting celananya.

Kita duduk dipigir pantai dan dia mengajak saya pergi makan di rumah makan idolah, ade, saya sudah makan, kalau ade mau makan, saya antar, namun dia menolaknya. Dan saya mengatakan; ade kenal saya dari mana dan ambil nomor saya disiapa?  Dia memang sudah mengenal saya  saat masih di Jayapura dan dia mengambil nomor kontak dari saudari saya di Nabire.

Kita sedang asik bercerita, namun waktu pun berputar menandakan sudah gelap menujukan pukul tujuh malam. Dia pun menceritakan kisahnya bersama suaminya (almarhum) yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.

Sambil cerita dia pun menagis ketika meng-ingat kisahnya. Dia dengan pelan melingkari tangannya dileher saya dan merabah-raba tubuh saya, namun saya meminta maaf  untuk hal itu. Maka saya kirim pesan ke beberapa teman-teman untuk datang ke pantai maf.  Tidak lama, teman-teman membalas pesan bahwa mereka akan datang dan saya hendak menulis pesan lagi agar mereka datang lebih cepat, sementara menulis pesan, dia merampas handpone dari tanggan saya dan lari menuju jalan raya.

Saya mengikutinya dan menyuruhnya untuk mengembalikan HP Saya, namun dia semakin cepat menuju jalan raya, maka saya pun lari dan memegang tangan kanannya lalu memutarnya sambil menggate kakinya lalu memeluknya serta mengambil kedua hp miliknya dan hp milik saya.

Teman-teman yang saya SMS pun sudah dekat saya, kita pun pulang mengunakan motor yang mereka bawa. Setelah tiba di rumah saya mengelurkan HPnya lalu membukanya, ternyata didalam hp itu terdapat beberapa nomor kontak pejabat dibeberapa kabupaten pengunungan tengah.
Dalam Hp itu juga terdapat seratus tujuh puluh lima video forno serta beberapa gambar forno serta beberapa nomor kontak polisi mudah anak papua.  

Hari minggu jam lima sore dia menelpon di hpnya dan menyuruh saya untuk mengembalikan hpnya, saya bilang kita ketemu ditempat yang lalu kita ketemu agar kita cerita lagi.  Jam enam sore dia menelpon saya untuk datang ke tempat yang lalu, maka saya pun kesana menumpanggi ojek. Disana dia bersama seorang temanya. Kelihatan keduanya mata agak merah dan kepala agak pusing-pusiang. Saya menyuruh temannya untuk pulang, temannya pun pulang.

Saya mengajaknya ke tepi laut, membujuknya dan merangkulnya. Badan dan mulutnya bau minuman keras, namun saya membujuknya dan dia pun terlena dipaha saya, maka saya pun menanyakan seratus tujuh puluh lima video forno serta beberapa gambar forno yang terdapat dalam hpnya.

Dia menagis dan menjelaskan; kalau dirinya menyimpan dan menonton video forno agar laki-laki yang mereka ajak untuk setubuh dengan mereka, memakai adengan video tersebut, entah itu jongkong, berdiri, tidur, duduk dan lain sebagainya. Dirinya mengaku saat bersetubuh, dirinya dalam keadaan mabuk maupun keadaan sadar, dirinya selalu diperlakukan seperti video forno, jadi dirinya nonton video vorno agar mengikuti gaya-gaya yang sesuai di video forno.

Saya sedih…maka saya pun Tanya kenapa sampai hal itu bisa terjadi, dirinya menjelaskan; susahnya mendapat pekerjaan. Lalu saya bilang banyak pekerjaan, namu  kita yang malas. Ada tanah banyak yang kosong, apakah ade bisa bekerja di kebun, namun dirinya mengaku kalau dulu orang tuanya tidak pernah menyuruh atau mengajak dirinya untuk bekerja.

Orang tuanya tidak pernah menyuruh-nya untuk kerja, sehingga dirinya tidak mandiri, sehingga jalan satu-satunya yang dia ambil adalah menjual harga diri.
Tepat pukul delapan kosong-kosong saya mengajaknya untuk bangun lalu mengembalikan Hpnya dan  kami dua ke jalan raya, saya meng-hentikan Ojek dan membayar ojek tersebut dan mengatakan kepada ojek; tolong antar ade saya pelan-pelan ke rumah dan saya memberi ongkos lima puluh ribu ke janda muda itu.

Pertanyaan?
Apakah cerita diatas men-Cermin-kan KISAH Seorang wanita Papua di kabupaten ini?
Atauka masih ada wanita Papua seperti kisah diatas di kabupaten-kabupaten lainnya di bumi Papua?
Apakah Wanita tidak perlu dijaga untuk melahirkan anak atau memproduksi generasi penerus Papua?
Bagimana cara agar wanita –wanita papua tidak menjual harga dirinya, seharga pisang goring dipasar?