![]() |
Didiklah Wanita Papua, Untuk Memperoleh Generasi Yang Terdidik. |
Saya pun
SMSnya; maaf dengan siapa dimana?
Dia
membalas; kaka, saya di Nabire dan perlu kaka untuk ketemu.
Saya
pun membalas; dengan ade siapa? Kaka ni dengan ade Herlina. Ade Herlina tidak
punya marga ka. Dia mengatakan; saya akan menjelaskan ketika bertemu kaka. Saya
mengatakan; maaf ade, saya tidak mengenal ade, jadi sebaiknya ade sebut nama
lengkapa dan asal dari mana? Namun dia mengatakan; saya akan menjelaskan ketika
bertemu. Saya membalas, baik ketemu dimana dan kapan? Lalu dia bilang dari kaka
saja.
Ade
yang memaksa saya untuk bertemu, maka dimana tempat yang ade mau ajak saya
bicara. Dia bilang dari kaka, maka saya meminta untuk bertemu di Pantai Maf
yang saat ini disebut pantai Nabire pada hari sabtu jam lima sore.
Hari
sabtu pagi dia menelpon saya dan matikan handponenya, lalu saya menelponya,
tetapi dia matikan dan mengatakan lewat pesan singkat; kaka sebentar jadi atau
tidak. Saya bilang; kalu ade bilang jadi, ya kita ketemu. Tepat jam lima
kosong-kosong dia mengirim pesan; kaka sudah siap ka, saya bilang jam stengah
enam atau jam enam saya akan datang. Tepat jam enam dia mengirim pesan; kaka
saya di pantai maf.
Saya menumpanggi sala satu ojek dan menuju kesana
dan berhenti di pantai maf dan mengirim
pesan kepadanya; ade dimana? Kaka datang ke ujung sini, dekat pinggir
kali ni, sebelah rumah makan Idolah ni. Saya pun menuju kesana sambil memandang
kearah dimana dia berada.
Dia
pun berdiri dan memanggil saya lalu SMS; Kaka saya ada panggil ni datang
kesini. Sayapun mendekatinya sambil menatapnya, Dia hitam manis, tidak tinggi
dan tidak pendek, memakai celana pres abu-abu, baju hitam bertulisan rasta,
jeket merah, rambut dianyam rapi, alis mata sedikit dicukur, memakai bibir
merah dan memakai kuteks dikaki serta kuteks di tanggannya. Saya memberi salam
dan memegang telapak tanggannya; tangan nya lemas dan dinggin. Sambil memegang
tangannya saya memandangnya dan menyuruhnya untuk menaikan resliting celananya.
Kita
duduk dipigir pantai dan dia mengajak saya pergi makan di rumah makan idolah,
ade, saya sudah makan, kalau ade mau makan, saya antar, namun dia menolaknya. Dan
saya mengatakan; ade kenal saya dari mana dan ambil nomor saya disiapa? Dia memang sudah mengenal saya saat masih di Jayapura dan dia mengambil
nomor kontak dari saudari saya di Nabire.
Kita
sedang asik bercerita, namun waktu pun berputar menandakan sudah gelap
menujukan pukul tujuh malam. Dia pun menceritakan kisahnya bersama suaminya
(almarhum) yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Sambil
cerita dia pun menagis ketika meng-ingat kisahnya. Dia dengan pelan melingkari
tangannya dileher saya dan merabah-raba tubuh saya, namun saya meminta
maaf untuk hal itu. Maka saya kirim
pesan ke beberapa teman-teman untuk datang ke pantai maf. Tidak lama, teman-teman membalas pesan bahwa
mereka akan datang dan saya hendak menulis pesan lagi agar mereka datang lebih
cepat, sementara menulis pesan, dia merampas handpone dari tanggan saya dan
lari menuju jalan raya.
Saya
mengikutinya dan menyuruhnya untuk mengembalikan HP Saya, namun dia semakin
cepat menuju jalan raya, maka saya pun lari dan memegang tangan kanannya lalu
memutarnya sambil menggate kakinya lalu memeluknya serta mengambil kedua hp
miliknya dan hp milik saya.
Teman-teman
yang saya SMS pun sudah dekat saya, kita pun pulang mengunakan motor yang
mereka bawa. Setelah tiba di rumah saya mengelurkan HPnya lalu membukanya,
ternyata didalam hp itu terdapat beberapa nomor kontak pejabat dibeberapa
kabupaten pengunungan tengah.
Dalam
Hp itu juga terdapat seratus tujuh puluh lima video forno serta beberapa gambar
forno serta beberapa nomor kontak polisi mudah anak papua.
Hari
minggu jam lima sore dia menelpon di hpnya dan menyuruh saya untuk
mengembalikan hpnya, saya bilang kita ketemu ditempat yang lalu kita ketemu
agar kita cerita lagi. Jam enam sore dia
menelpon saya untuk datang ke tempat yang lalu, maka saya pun kesana
menumpanggi ojek. Disana dia bersama seorang temanya. Kelihatan keduanya mata
agak merah dan kepala agak pusing-pusiang. Saya menyuruh temannya untuk pulang,
temannya pun pulang.
Saya mengajaknya
ke tepi laut, membujuknya dan merangkulnya. Badan dan mulutnya bau minuman
keras, namun saya membujuknya dan dia pun terlena dipaha saya, maka saya pun menanyakan
seratus tujuh puluh lima video forno serta beberapa gambar forno yang terdapat
dalam hpnya.
Dia
menagis dan menjelaskan; kalau dirinya menyimpan dan menonton video forno agar
laki-laki yang mereka ajak untuk setubuh dengan mereka, memakai adengan video
tersebut, entah itu jongkong, berdiri, tidur, duduk dan lain sebagainya. Dirinya
mengaku saat bersetubuh, dirinya dalam keadaan mabuk maupun keadaan sadar,
dirinya selalu diperlakukan seperti video forno, jadi dirinya nonton video
vorno agar mengikuti gaya-gaya yang sesuai di video forno.
Saya
sedih…maka saya pun Tanya kenapa sampai hal itu bisa terjadi, dirinya
menjelaskan; susahnya mendapat pekerjaan. Lalu saya bilang banyak pekerjaan, namu kita yang malas. Ada tanah banyak yang
kosong, apakah ade bisa bekerja di kebun, namun dirinya mengaku kalau dulu
orang tuanya tidak pernah menyuruh atau mengajak dirinya untuk bekerja.
Orang
tuanya tidak pernah menyuruh-nya untuk kerja, sehingga dirinya tidak mandiri,
sehingga jalan satu-satunya yang dia ambil adalah menjual harga diri.
Tepat
pukul delapan kosong-kosong saya mengajaknya untuk bangun lalu mengembalikan
Hpnya dan kami dua ke jalan raya, saya
meng-hentikan Ojek dan membayar ojek tersebut dan mengatakan kepada ojek;
tolong antar ade saya pelan-pelan ke rumah dan saya memberi ongkos lima puluh
ribu ke janda muda itu.
Pertanyaan?
Apakah
cerita diatas men-Cermin-kan KISAH Seorang wanita Papua di kabupaten ini?
Atauka
masih ada wanita Papua seperti kisah diatas di kabupaten-kabupaten lainnya di
bumi Papua?
Apakah
Wanita tidak perlu dijaga untuk melahirkan anak atau memproduksi generasi
penerus Papua?
Bagimana
cara agar wanita –wanita papua tidak menjual harga dirinya, seharga pisang goring
dipasar?