INTAN JAYA_ Minggu 26 November 2017, Pater Yohanes Aupa Heta Bo Uga Ibrabi Gwijangge Pr, rayakan Misa Perdana di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Titigi.
Perayaan Misa Perdana bersama Pater Paroki Yohanes Pemandi Bilai, Ronal Sitangang Pr, Frater Silvester Dogomo, Para Suster dan Pater Paroki Santo Fransiskus Xaverius Titigi, Yance Januarius Yogi Pr.
Setelah Misa Perdana, Pater Yohanes Aupa Heta Bo Uga Gwijangge Pr, Frater Silvester Dogomo, Pewarta Stase Ndugusia, Amatus Weya, Pewarta Ogomu, Bolse Mirip, Pewarta Ogomu, Alowisus Weya dan beberapa umat menyiapkan barang bawaan untuk ke Stase Ogomu.
Hari Minggu, 26 November 2017 pukul 18. 45 Waktu Papua Pater Gwijangge, Frater Dogomo para Pewarta dan beberapa umat dari Stase Titigi, Ndugusiga dan Ogomu tiba di Stase Kulapa.
Setelah bermalam disana, paginya, Senin 27 November 2017 Pater kelahiran Jita itu pun melanjutkan perjalan ke Ogomu bersama Frater Kelahiran Moanemani bersama beberapa umat paroki Titigi.
Pater Gwijangge; " saya diberi Rangsel, Jeket dan Sepatu oleh Pater Dekan Dekenat Moni Puncak Jaya, Pater Yustinus Rahangiar Pr, setelah satu (1) kilo saya buang sepatu sebelah, satu meter lagi, saya buang Kaos Kaki, satu meter lagi saya buang Rangsel, satu meter lagi saya buang Topi, satu meter lagi saya buang Jeket dan tinggal Celana Pendek dan Baju Satu Pasang dibadan saya, saya buang semua itu, karena saya lalui Gunung, Bukit, Hutan, Tebing, Batu-batu dan sungai membuat badan saya tambah lemah". Cerita Pater Kelahiran Jita, sambil tersenyum.
Ibrani lalui beberapa bukit, gunung, hutan dan sungai yang memang membuat Pater tidak mampu, sehingga Pater harus pake Tongkat.
Walaupun kaki Pater tidak sanggup lagi untuk berjalan, Gwijangge paksakan kaki untuk angkat dan berjalan. Melewati beberapa meter lagi, Pater Ibrani bersama
Frater Dogomo dan umat paroki Titigi tiba di Gunung TUBAYA.
"" Gunung TUBAYA itu Pater Yohanes Aupa Heta Bo Uga Ibrani Gwijangge Pr berinama Gunung KALVARI, Karena Gunung Tubaya merupakan Gunung Penderitaan"".
Dari gunung Kalvari Ibrani, Silvester dan umat Paroki Titigi turun_turun gunung, saat turun-turun gunung, Pater Ibrani sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan.
Disitulah pewarta stase Ndugusiga, Amatus Weya meng_gendong Pater Gwijangge di pundaknya. Pewarta Weya beratnya sembilan pulih (90) kilo dan Pater beratnya delapan puluh (80) kilo membuat pewarta Amatus macam angkat batu besar.
Sepuluh (10) Meter kedepan, Amatus sudah tidak bisa mengendong Pater Ibrani lagi. Disana pemuda_pemuda sudah jemput mereka dan mereka memikul Pater dalam kain. Mereka ada delapan (8) orang yang bergantian menggendong Pater Gwijangge.
Delapan pemuda itu bergantian mengendong Pater Ibrani dan menyeberang Sungai Kombogoabu, Muara Kali Kombogondoga.
Dari kali Kombogoabu, delapan pemuda itu mengendong Pater Ibrani sampai di Gereja Yeheskiel. Disana Pater, Frater dan umat Paroki Titigi bersalaman dengan umat setempat. Setelah bersalaman umat setempat memberikan makanan kepada Pater Ibrani, Frater Dogomo dan umat Titigi.
Dari kampung Yeheskiel Rombongan Pater jalan lagi ke kampung Mbelaleme.
Di kampung Mbelaleme umat sudah jemput rombongan Pater dengan hiasan, tarian dan lagu_lagu yang memberikan ucapan Syukur kepada TUHAN ALLAH, Uskup Keuskupan Timika, Pater Dekan, Pater Paroki Titigi dan Rombongan Pater Ibrani Gwijangge.
Pukul 18. 00 Waktu Papua, Rombongan pater Ibrani tiba di stase Ogomu.
Rombongan Pater Ibrani istirahat di Rumah Tornei dan setelah beberapa menit kemudian rombongan pater Gwijangge memperkenalkan diri dengan umat stase Ogomu, setelah memperkenalkan diri, pukul 20. 00 Waktu Papua, Umat Ogomu dan Rombongan Pater makan bersama.
Hari Selasa, 28 November 2017 Pater Ibrani Gwijangge Pr merayakan Misa Perdana bersama umat Ogomu.
Saat Misa perdana, Pater Ibrani Gwijangge Pr membaptis Delapan (8) orang anak.
Dari delapan orang anak itu, satunya Pater beri nama; Vanny Ibrani Gwijangge. Dari delapan anak itu, lima orang anak dari gereja KINGMI dan tiga (3) orang anak dari Katolik.
Lima orang anak itu, kedua orang tua menyerakan anak mereka dengan membunuh satu (1) ekor ternak babi, sementara kedua orang tua tetap di Gereja KINGMI.
Kotba diterjemahkan oleh Pewarta Ndugusiga, Amatus Weya. Setelah Misa Perdana, Pater Ibrani Gwijangge menyuruh umat untuk duduk kelompok_kelompok.
Kelompok pertama, Pater Ibrani Memberkati orang_orang sakit, berkat kedua, ibu_ibu, berkat ketiga, bapa_bapa, berkat keempat, anak_anak, berkat kelima, berkat bagi mereka yang sama sekali tidak pernah ke Gereja.
Setelah memberkati umat di Ogomu, Pater Ibrani Gwijangge Pr Memberkati; Gunung, Bukit, Telaga, Sungai, Hutan, Ternak, Kebun dan segala Jenis Ciptaan yang ada di Ogomu dan Sekitarnya.
"" Saya Memberkati Segala Ciptaan Yang Ada di Ogomu dan Sekitarnya, Supaya dikemudian hari ada anak-anak dari Stase Ogomu yang jadi Suster dan Pater. Suster dan Pater, Datang dan Bekerja di Ladang TUHAN ini, untuk Meneranggi Kegelapan dan Ketertinggalan"".
Sehabis misa Perdana, Umat dan Rombongan Pater Gwijangge Makan bersama. Saat makan bersama, Elihud Gwijangge memberi harapan_harapan kepada Uskup Keuskupan Timika dan Lebih Khusus kepada Pengawas Sekolah Wilayah(PSW) Yayasan Pindidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Tillemans Dekenat Moni Puncak Jaya, supaya meng-Ambil Ahli sekolah Intruksi Presiden (INPRES) yang ada di Ogomu.
"" Anak_anak kami terus dan terus masih dalam gelap gulita, untuk itu kami umat Stase Ogomu miminta Bapak Uskup Timika Ambil Sekolah INPRES Ini, untuk Sekolah Yayasan Katolik, Supaya anak_anak kami juga bisa lihat Terang seperti anak_anak lain yang sudah lihat Terang, Harap Elihud Gwijangge sambil Menangisss"".
Setelah mendengarkan Keluhan dan harapan dari umat stase Ogomu, Rombongan Pater Ibrani Gwijangge Pr istirahat dua (2) malam.
Kamis, 30 November 2017, Rombongan Pater Gwijangge keluar dari stase Ogomu dan tiba di Gunung KALVARI (Migani; TUBAYA).
Di Puncak Gunung KALVARI pater Yohanes Aupa Heta Bo Uga Ibrani Gwijangge Pr, Tancap Tongkat yang Pater Bawa itu.
Pater Yohanes Aupa Heta Bo Uga Ibrani Gwijangge Pr, Tancap TONGKAT YESUS KRISTUS di Gunung KALVARI (TUBAYA) itu, Supaya tiap_tiap orang yang melewati Puncak Gunung Kalvari HARUS Duduk dan Berlutut untuk memohon Pengampunan Dosa dari YESUS KRISTUS.
Selain itu Pater Kelahiran Jita itu mau jadikan Tempat ROHANI bagi Generasi Nduga, Damal, Dani, Wolani, Delem, Mee, Migani dan setiap manusia yang akan berkunjung ke Gunung Kalvari di Tanah Migani.
Setelah Tancap Salib YESUS KRISTUS di Gunung KALVARI, Rombongan Pater Ibrani melanjutkan perjalanan. Sampai di Kampung TUBAYAPA, Pater Gwijangge menelepon Pater Dekan, Yustinus Rahangiar Pr dan Ketua Dewan Paroki Titigi, DuhaTaGeMaga Yulius Maisini supaya mengurus ojek untuk pergi menjemput rombongan pater Ibrani.
Rombongan Pater Ibrani Gwijangge Pr, begitu tiba di stase Kulapa, Motor sudah datang jemput. Rombongan Pater Ibrani tiba di Paroki Santo Fransiskus Saverius Titigi, pada hari Kamis, 30 November 2017 pukul 20. 45 Waktu Papua.
Pemberian nama Gunung KALVARI di Tanah Migani bukan sekedar nama, namun Pater Ibrani Gwijangge Pr telah lalui berbagai PENDERITAAN.
Penderitaan Pater Ibrani Gwijangge Pr menuju Gunung Kalvari bukan semata_mata suatu kebetulan, namun suatu kebenaran.
Kebenaran penderitaan, tapi juga harapan dan keselamatan bagi Pater Gwijangge dan Generasi penerus yang akan mengikuti_nya dalam panggilan pelayanan demi meneranggi bumi migani menuju keselamatan. Oleh sebab itulah Pater Yohanes Aupa Heta Bo Uga Ibrani Gwijangge Pr Memberikan nama Gunung Tubaya Menjadi "" GUNUNG KALVARI DI TANAH MIGANI "".
*) itulah Kisah Ziarah Pater Kelahiran Jita, Pater Ibrani Gwijangge Pr di Tanah Migani_Intan Jaya, Penderitaan Menuju Keselamatan.
***** ***** *****
Paroki Santo Fransiskus Xaverius Titigi mempunyai tujuh (7) stase; Stase Ogomu,
Mamba, Ndugusiga, Soanggama, Kulapa, Titigi dan stase Joambilli.
Selamat TAHUN BARU 2018
Salam Dari Saya;
TAR_SUS Di DUGI-SIGA_DAMSIK
DAMSIK_DUGI_SIGA, Selasa, 9 Januari 2018
***** ***** *****
Dibawa Ini Foto_Foto Pater Yohanes Aupa Heta Bo Uga Ibrani Gwijangge Pr