NABIRE-Kapan
lagi kalau bukan sekarang, dan siapa lagi kalau bukan anak daerah intan jaya yang harus diperhitungkan pada
urutan pertama pada keterlibatan dalam setiap kegiatan.Kondisi ini seperti
terjadi pada kegiatan bimbigan teknis (BIMTEK) keuangan yang pesertanya lebih
banyak terlihat putra non Intan Jaya.
Martinus Alfa Mujijau yang Sedang Pegang Kamere |
Sala
satu kepala Dinas pada saat menyampaikan pesan dan kesannya mengatakan peserta
pelatihan Bimtek (BIMBINGAN TEKNIS) lebih
banyak diisi putra non Intan Jaya. Hal ini secara langsung maupun tidak
langsung menunjukan adanya pengabaian dan pembunuhan generasi mudah anak derah
intan jaya untuk belajar dan bersaing dengan orang lain.
Kepala
Dinas tersebut mengaku sangat kecewa
,karena peserta yang mengikuti Bimtek (Bimbingan Teknis) nampak “muka baru”
yang belum punya SK di Kabupaten Intan Jaya,baru didatangkan lantas diikutkan
dalam kegiatan Bimtek,ujarnya.
Soal
kemampuan atau ketidkmampuan anak daerah
maupun non putra daerah bukan ukuran. Justru supaya diawal meletakan pondasi
pembagunan Intan Jaya anak daerah
harus diberdayakan karena mereka ingin
belajar dari belum tahu, sehingga menjadi tahu. Dengan demikian tekad baik
bimbigan teknis (Bintek) keuangan yang digelar Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan
Kabupaten Intan Jaya menjadi “Tidak bernilai” dalam hal
pemberdayan bagi anak daerah.
Hal
ini terkesan Ibarat memberikan makan kepada orang yang sudah kenyang. Sangat
mengecewkan anak daerah. Jika cara seperti ini tetap di perhatikan maka kedepan
akan menciptakan jurang pemisahan antara
yang satu dengan yang lain (Mengaduh-dombakan) sesama yang dulunya
mempunyai hubungan kekeluragaan yang sangat erat antara satu sama yang lain kemudian terpeca bela karena kepentingan
dan kekuasaan semata. Hal ini dilahirkan
oleh para penguasa daerah Intan Jaya. Sebab dapat jadi demi kepetingan
para kepala SKPD. Jika demikian kepala SKPD bersangkutan tidak mencintai daerah
dan masyarakatnya, karena hanya diatas bibir yang mengatakan sebagai penggagas
pejuang dan lain sebgainya untuk lahirnya Intan Jaya justru kepala SKPD non
putra Intan Jaya seperti BKD, Kependudukan dan Catatan Spil serta Lingkungan
Hidup dan Pemberdayaan Perempuan adalah contoh baik yang patut ditiruh.
Sebaliknya,
Dinas Pariwisata, Perhubunggan, Informatika dan Komunikasi merupakan contoh
paling buruk dimata pemerintah maupun rakyat Intan Jaya yang harus dihindari. Bukan
tanpa alasan. Merasa diri sebagai sang kepala Dinas, mendatangkan pegawai baru lantas
dalam hitungan detik langsung diserahai jabatan “katanya” Bendahara dan Operator Computer,
tanpa ada satu penghargaan pun terhadap Pegwai lama yang notebene putra daerah
dan mengabdi di Dinas Informatika dan Komunikasi (Almarhum Martinus Alfa Mujijau). bahkan dengan beraninya menayakan
buku kas Dinas Infokom karena merasa
diri orang dekat dengan Kepala Dinas
perhubungan (Leo Sondegau).
Memang
di sadari bahwa alamat Protes Pegawai Dinas Perhubungan, Pariwisata dan
Komunikasi adalah bukan kepada Pegawai baru atau Operator Computer, tetapi cara
bertanya itu sebaiknya pakai etika organisasi. Atau mungkin sudah disuntik sang
kepala Dinas (Leo Sondegau), sehingga bicaranya blak-blakan tanpa menyadari
dirinya orang baru.
Selain
itu, pergantian Bendahara baru pada Dinas Informatika dan komunikasi Yaitu (Martinus
Alfa Mujijau) di Kabupaten Intan Jaya tidak melalui Prosedur. Merasa diri
sebagai pemegang kendali Dinas Perhubungan, Pariwasita, Informatika dan
komunikasi (Leo Sondegau ) di kabupten
intan jaya padahal justru “Buta Aturan”, sehingga kepala SKPD yang satu ini
mengganti bendahara tanpa koordinasi.
Saat menayakan siapa sebenar-nya Bendahara yang mengikuti Bimbign Teknis (Bimtek) supaya
sesuai dengan jumlah yang di atur panitia yang
hanya tiga orang setiap Dinas yang
mengikuti Bimtek. Namun di awal mengikuti Bimtek,Kepala Dinas (Leo
Sondegau) mengatakan ikut saja semua. Padahal dalam kenyataanya Sudah di
Ganti. Hal ini baru diketahui bendahara
lama,yaitu (Martinus Alfa Mujijau) pada saat sekedar untuk mengecek Dana di
Bank Papua Cabang Nabire, namun mantan bendahara ini dikagetkan dengan
permintaan Rekening Giro oleh salah satu petugas BPD, karena masalah itu tidak
ada hubungannya dengan petugas Bank, justru masalah Dinas, sehingga mantan
bendahara (Martinus Alfa Mujijau) pun menolak menyerakan Rekening giro. Menolak
menyerhakan Rekening Giro itu karena Pergantian Bendahara Ada Aturannya. Tidak
bisa semuanya itu diatur
sewenang-wenangnya oleh Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata, Informatika dan
Komunikasi (Leo Sondegau). Apalagi saat itu sedang bermasalah dan belum ada
solusi/ jalan kelur yang baik.
***Martinus
Alfa Mujijau***