Diciptakan Frangky Sahilatua
sebelum ia meninggal. Jelek jelek tetap aku Papua. Edo Kondologit maupun Doddy
Latuharhari tetap sama dalam syair dan lirik.
Sekalipun gaya bernyanyi berbeda,
mereka telah menggambarkan situasi hidup Papua bergantung alam, angin dan daun.
Alam adalah hutan dan tambang, angin adalah informasi di facebook, daun adalah
otsus dan aiwa.
Adalah lagu terakhir dari sekian
ribu lagu yang pernah diciptakan bersama saudaranya Jane. Iapun masuk surga,
diantar angin dan daun, bersama alunan lagu, aku Papua.
Papua sebuah negeri penuh
misteri. Mulai dari pembunuh misterius di pinggir pusat pertambangan,
memperebutkan sehelai dolar dengan darah manusia. Sampai penyakit kolera yang
berkali-kali serang sungai-sungai pinggiran penduduk. Ironi memang kehidupan
disana, berharap suatu saat Vatikan Roma terpana.
Emas memang jahat. Timika kini,
kota licik, mencekam, jahat. Perang selalu ada, hidup bersama lusiver, si
penjagal malam yang setiap kali merasuki militer, dan perang lokal. Suami
seminggu dalam tanah, istri seminggu merana. Setiap kali sebongkah emas digali,
harus dibayar dengan tumbal darah manusia dibuang ke kali.
Perang dipelihara, adu domba tugas wajib,
kejar mangsa secara senyap. Teman-teman bilang, Timika licik. Kemana saja,
mobil buntuti dari belakang. Itulah Timika saat ini.
Sebuah kebiadaban yang
dibudidayakan di negeri yang menempatkan keberadapan setelah Ketuhan Yang Maha
Esa. Seandainya orang semacam Bupati Dogiyai memimpin disana, ia sudah larang
miras dan penggunaan alat tajam, bedil dan senjata.
Pemerintah aman, rakyat dan
pengusaha aman, bisa bikin berbagai lapangan pekerjaan. Talenta bisa
dikembangkan. Papua bisa bangkit berdiri bersama gubernur terpilih nanti.
Emas, sang gadis manis, bidadari
kecil telah jatuh diatas bumi Amungsa. Belum berdiri sendiri, sudah dicuri
orang. Penduduk lokal kehilangan sumber hidupnya. Masih bergantung ke mama
alam, hanya mendulang serpihan emas, buangan limbah triliun.
Kemolekanmu membuat Amerika
gilang kepalang, basmi setiap pemalang. Apakah kepanjangan emas adalah, Engkau
Membuat Aku Sakit? Engkau Membuat Aku Sedih? Engkau membuat aku sengsara?
Mengapa tak bisa ganti Engkau Membuat Aku Sejuk sekalipun hanya untuk sebentar
saja. Syoo,,, kaskado seh.
Emas, engkau jahat, engkau
sungguh sangat jahat, engkau sumber segala kekejaman diatas muka bumi ini. Hati
dan cintahku sudah hancur terbawa angin dan daun. Sekalipun sedari dulu, aku
bagian dari tanah air ini, engkau masih belum sadar, dan masih memberi makan
kepada musuh kami yang setiap hari membenci kami. Tetapi itulah emas bedolah
krisopras, sejatinya jin yang menyamar, mencari mangsa dibalik berlian yang
bersinar.
Orang Papua, Ambon, Pasifik,
Aborijin, India dan sebagian Malaysia, pada jaman Kapur, berasal dari tanah
Gondwana yang penuh emas. Tubuh dan darah kami adalah emas terbakar panas. Tapi
jaman itu, India talepas dan pergi tempel dengan daratan Rusia.
Akibat tubrukan maha dasyat,
terjadilah gunung tertinggi di dunia. Everest Himalayah. Sahul Papua Australia
lari naik baku tubruk dengan kota Atlantis yang hilang, jadilah kepulauan raja
empat yang eksotis, dan pundak pegunungan Papua yang penuh kilapan emas, wa
nur. Ini bukan mithos, tapi dikisahkan pula oleh filsuf Yunani, Plato pada
427-347 sebelum masehi dalam buku Critias dan Timaeus. Itulah Papua, aku Papua.
Aku yakin. Sekalipun engkau
memberi makan sekian ribu bangsa-bangsa, tetapi engkau mencintai aku diam-diam.
Aku tau dan merasakan itu. Karena cintahmu padaku yang begitu tinggi, engkau
akan menarik semua endapan emas diatas bumi Amungsa.
Amerika akan bingun, harta karun
yang kumau curi, semua pada lari menghilang kemana. Hari itu, Amerika akan tau
dan sadar bahwa, selama ini aku curi di negeri yang sebenarnya bukan haknya.
Ini bukan mimpi, tapi ini akan menjadi nyata. Sebab Sang Terang Abadi akan
memberi kita jalan, kebenaran dan hidup. Yohanes 14:6.
Selamat jalan Uskup Emeritus Mgr.
Herman Ferdinandus Maria Muninghoff, OFM. 1921-2018. Cuma engkau sendiri yang
pernah berkata: "Sekalipun saya seorang diri, masalah HAM Papua, ku bawa
ke dunia internasional".
AKU PAPUA
cipt Frangky Sahilatua
AKU PAPUA
cipt Frangky Sahilatua
Tanah Papua tanah yang kaya
surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah sebanyak madu
adalah harta harapan
surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah sebanyak madu
adalah harta harapan
Tanah Papua tanah leluhur
Disana aku lahir
Bersama angin bersama daun
Aku di besarkan
Disana aku lahir
Bersama angin bersama daun
Aku di besarkan
Hitam kulit keriting rambut aku
papua
Hitam kulit keriting rambut aku papua
Biar nanti langit terbelah aku papua
Hitam kulit keriting rambut aku papua
Biar nanti langit terbelah aku papua
Oooh, Oooh,
Tanah Papua tanah yang kaya
surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah sebanyak madu
adalah harta harapan
surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah sebanyak madu
adalah harta harapan
Tanah Papua tanah leluhur
Disana aku lahir
Bersama angin bersama daun
Aku di besarkan
Disana aku lahir
Bersama angin bersama daun
Aku di besarkan
Hitam kulit keriting rambut aku
papua
Hitam kulit keriting rambut aku papua
Biar nanti langit terbelah aku papua.
Hitam kulit keriting rambut aku papua
Biar nanti langit terbelah aku papua.