SIAPLAH DI POSISI – MU
“Bertolak Dari Diri Kembalilah Ke Jati Dirimu”
Di sebelah barat daya Zimbawe terdapat dua sungai yang membatasi kota
kecil yang bernama titigi city. Dikota tersebut terdapat sedikit
belantara, alang – alang dan pepohonan kasuari maupun pepohonan lainya
yang dapat memberi subur tanaman dan tumbuhan dan juga dua sungai
tersebut dapat memberikan hidup yang cukup kepada masyarakat setempat.
Ditengah kedua sungai dan di dalam alang – alang dan pepohonan tersebut
terdapat babi hutan yang selalu merusak kebun masyarakat setempat entah
itu, pagar, tanaman maupun tumbuh – tumbuhan.
Masyarakat setempat
selalu dengan susah payah membuat pagar, namun pagar – pagar tersebut
dirusakkan oleh babi tersebut. Masyarakat dikota itu selalu dan selalu
membuat pagar sambil jejaki babi tersebut untuk dibunuh, namun babi
tersebut tidak dapat dijejaki dan dibunuh oleh mereka hingga tahun ke
tahun bahkan generasi ke generasi.
Disuatu saat di kota itu
musim hujan yang berkepanjangan, sehingga beberapa masyarakat di kota
itu sepekat untuk memburuh babi tersebut, sebelumnya masyarakat
setempat menyiapkan anak panah. Setelah menyiapkan anak panah mereka
hendak jejaki babi tersebut sambil mencari tahu dari mana babi tersebut
datang,.? Dari mana babi tersebut masuk dan merusak pagar,.? dan dari
jalur mana babi tersebut pulang dan dimana babi tersebut menetap,.?
Masyarakat setempat sudah mencari tahu semua jalur babi tersebut selama
satu minggu lamanya, minggu yang kedua mereka hendak pergi untuk
memburuh babi tersebut.
Pagi itu hujan rintik – rintik
masyarakat kota itu sepakat untuk pergi memburuh babi tersebut, mereka
melewati beberapa bukit dan tibalah disalah satu bukit tiba – tiba
dibelakang mereka ada seorang anak mudah yang hendak mengikuti mereka
sambil membawa busur dan anak panahnya. Anak mudah itu berusia 12 tahun
dan dia juga yang paling terkecil diantara mereka. Mereka sudah rasa
kalau ada yang datang dari belakang mereka, sehingga mereka berhenti
lalu datanglah anak mudah itu dan mendekati mereka sambil berkata saya
mau ikut kaka – kaka, jawab mereka; jalan. Anak mudah tersebut masuk
dalam barisan mereka dan melanjutkan perjalanan ke tempat berburuh.
Setelah mereka turun dari bukit tersebut mereka menyeberanggi salah satu
sungai sambil berkata kepada satu sama yang lain bahwa disebelah inilah
babi tersebut sering bermalam, sehingga di harapkan untuk datang dengan
tenang sambil siap siaga.
Ternyata sangat benar babi itu lari
menuju ke arah kepala air, karena mendengar bunyi pataaan kayu, maka
merekapun melepaskan anak pana tapi tidak satupun mengenai babi
tersebut, maka mereka memburuh babi tersebut. Mereka terpencar dan
empat orang diantara mereka lebih dulu kearah kepala air dan mengusir
babi tersebut dari arah kepala air menuju muara sungai, namun mereka
semua tidak dalam posisi siap di tempat, malah mereka kejar kesana dan
kejar kesini, sehingga babi itupun lari ke kepala air, tapi diusir turun
lagi oleh keempat orang tadi namun mereka masih memburuh kesana dan
memburuh kesini, sehingga babi itupun lari terus dari mereka.
keempat orang itu datang dan berteriak yeh,.. yeh,.. yeh,..
yeh,..yeh,..yeh,..yeh,..!!! kalau macam begini kapan baru kamu mau bunuh
babi ini,.? Ini bukan babi yang kamu piara di rumah,.!!! babi yang
kamu piara di rumah saja musti ada dua atau tiga orang yang harus kurung
babi itu untuk dibunuh dan itu juga menggunakan dua atau tiga anak
panah, kamu musti tahu itu,..!!! apalagi ini babi hutan, sehingga harus
ada kekompakan untuk membunuh babi ini, tidak mungkin satu orang dia
bunuh dengan kemampuan – nya sendiri dan juga kamu jangan kejar kesana –
kejar kesini tapi jaga di posisi kamu masing – masing supaya begitu
babi datang kamu tingal tembak. ingat itu baik – baik.
Keempat orang
tersebut membagi posisi kepada tiap – tiap pribadi untuk menjaga pada
tempatnya masing – masing dan anak yang paling kecil diantara mereka
mendapatkan tempat (posisi) paling terakhir. keempat orang tersebut
menuju kepala air dan mengusir turun babi tersebut namun babi tersebut
tidak ditembak dengan baik oleh mereka apalagi anak mudah itu, dia sama
sekali belum mengelurkan anak panahnya, karena babi tersebut belum ke
tempatnya, babi itu ke arah sisi kanan sungai maka mereka semua kesana
dan disana tempat nya sangat susah untuk babi itu kelur, sehingga mereka
sepakat untuk membunuh babi itu disana, namun mereka melakukan hal yang
sama sehingga babi tersebut tidak dapat ditembak oleh mereka.
` Haripun semakin siang merekapun semakin cape, namun mereka masih
memburuh babi tersebut dengan cara mereka masing – masing dan keempat
orang tadi mereka tetap di bagian kepala air dan berteriak kamu jaga
baik – baik dan kalau bisa usir babi itu ke sisi kanan sungai supaya
kami bisa menembaknya disana. Mereka itu masih kepala batu dan tidak
mau mengindahkan teriakan – teriakan dari kepala air, maka keempat orang
tersebut datang dan mengatakan kepada mereka bahwa kawan – kawan kalau
kita kejar kesana – kesini, putar balik, maka kita sendiri yang akan
cape dan babi ini kita tidak bisa bunuh, maka babi ini akan datang dan
datang untuk selalu merusak pagar dan habiskan tanaman kami, sekarang
kawan – kawan pikir baik – baik bagimana cara kita hari ini harus bunuh
babi ini,..!!!
Keempat orang tersebut membagi posisi kepada
tiap – tiap pribadi dan anak mudah itu mendapatkan tempat yang sama,
yaitu dibagian belang paling terakhir. Anak mudah itu mukanya penuh
kecewa, maka datanglah sala satu orang diantara mereka dan mengatakannya
adik jangan engkau kecewa tapi jaga dan jangan kemana – mana tetap babi
ini adik yang akan membunuhnya bila adik tidak kesana – kesini, adik
harus disini saja biar babi ini ke mereka yang diatas ini adik tidak
usah gelisah, tapi percaya dan tetaplah jaga di tempat ini, maka anak
mudah itu jaga di tempat nya. Tidak lama kemudian dari atas mereka
memburuh babi tersebut dan menembaki babi itu dan tiba di posisi dimana
anak mudah itu ada jaga maka anak mudah itu mengelurkan anak panah yang
dalam bahasa Zimbawe mengatakan “wau mina ndu koa” lalu menembaki babi
tersebut hingga mengenai sasaran dan habislah nyawa babi tersebut di
tangan anak mudah itu.
Mereka mendekati anak mudah itu dan
mengatakan padanya; adik walaupun ditempat ini sangat tidak mungkin,
namun adik dapat menembak babi ini hingga habiskan nyawanya, kami sangat
berterima kasih, mari kami yang pikul, lalu jawab anak mudah itu kepada
mereka; kaka kalau seandainya saya sendiri yang memburuh babi ini saya
tidak sanggup dan saya rasa tidak mungkin, namun karena kebersamaan,
kekompakan serta saling mererima, maka babi inipun kita bisa menembaknya
apalagi ini babi hutan yang sudah sangat liar di hutan ini selama
beberapa tahun, babi biasa saja musti ada dua atau tiga orang untuk
membunuhnya. Apalagi ini babi hutan yang tidak bisa di tembak oleh satu
dua orang sehingga butuh banyak orang yang bekerja sama.
Mudah
– mudahan tidak ada babi lagi yang datang merusak pagar, tanaman dan
tumbuhan agar kami bisa hidup lebih baik dan lebih aman di hari – hari
mendatang. Mereka membawa babi tersebut ke pinggir kali dan membakar
bulunya lalu di bela – bela kemudian dibarapen dan dibagi – bagikan
kepada setiap honai yang ada di kota itu dan diantara mereka mengatakan
dalam bahasa setempat bahwa “tau wogotigi mbole wogo tigiondanoagedingga
kaipa nduni hago mapi duame” lalu orang yang sama memanggil anak mudah
itu dan mengatakan pada; anak datang kesini lalu pergilah anak mudah itu
kepadanya lalu diberikan ekor babi tersebut dan mengatakan padanya; ini
bagianmu dan pasanglah ini pada nokenmu dan jangan pernah engkau
menceritakan bahwa engkau telah melakukannya biarlah orang lain yang
menceritakannya, bukan bibirmu, sebab rumput inipun menjadi saksi bahwa
kau telah melakukannya apalagi mereka yang lain.
Port Numbay, Kamis 17 November 2011
“Apa Yang Engkau Tabur Kini, Engkau Akan Menuainya”
Misael Maisini
......................
Ketua KOMISI
( KOMUNITAS MAHASISWA INDEPENDEN SOMATUA INTAN JAYA )