Persaingan Versus Pembangunan di Intan Jaya


           
Pemerintah kabupaten adminsteratif Intan Jaya telah berjalan kurang lebih delapan bulan,setelah mentri dalam negeri melantik MaximusZonggonau sebagai pejabat bupati.Namun secara efektifnya dapat dikatakan enam bulan,terhitung sejak pejabat bupati mebentuk kabinet dan melantik para pejabat esalon II,III,IV Diakui atau bahkan dilupakan pun, walaupun usianya baru seumur jagung dalam menjalankan roda pemerintahannya selama  beberapa bulan terakhir telah banyak menunjukkan keberhasilan melalui sejumlah sektor pembangunan daerah.

Foto: Misael  Maisini
Hasil tersebut tentu merupakan keberhasilan seorang pejabat bupati serta kebanggaan daerah dan masyarakat,supaya nama Intn Jaya menjadi harum di kancah daerah hingga Nasional. Sebagai pejabat bupati yang memiliki ‘pekerjaan rumah’ yang harus ia laksanakan, sudah barang tentu bukan pekerjaan mudah semudah membalik telapak tangan langsung jadi.

Disatu sisi ia dikejar oleh waktu, karena ada ketentuan batasan waktu yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk menggerakan roda pemerintahan Atministrasif Intan Jaya dalam periode tertentu dan disisi lain  ada banyk harapan, keluhan dan kebutuhan rakyat yang perlu dijawab dalam wakyu yang sama. sehingga tugas mulia yang diembanya, ibarat ‘sambil menyelam minum air yaitu melaksanakan tugas yang dipercayakan pemerintah pusat sambal menjawab kebutuhan dan tuntutan masyarakat didaerah kepemimpinannya. Namun sebaliknya selama beberapa bulan roda pemerintahan Adminstertif Intn Jaya berjalan ada saja pemalangan dan keributan terus terjadi di kantor penghubung yang letaknya di siriwini itu.

Ada apa dengan bangunan mewah bercat pernis tersebut ?. Ketika mengintip kedalam, ternyata nampak terlihat sekelompok orang datang dengn baju keki hansip penuh wibawah namun penuh kecewa dan pesimis terhadap roda pemerinthan yang sedang berjalan.

Ada apa di dalam bangunan mewah yang dibangun oleh para tukang dengan kontruksi bangunan tahan gempa ini ? Ternayata, setelah menengok ke dalam, selain pejabat bupati yang dilantik  berdasarkan SK Menri Dalam Negeri, ada juga ‘bupati- bupati kecil’ yang berkuasa dan meminkan peranya atas pemerintahan Adminstratif intan jaya. Akibatnaya nampak tercipta golongan dan kelas-kelas yang menimbulkan kesenjangan cukup pemprihatinkan. Ada yang merasa diri golongan kelas satu ada pula dikelasduakan dan seterusnya.

Memang tidak menjadi soal, entah dinomor satu atau dinomorduakan yang paling penting adalah tidak mempengaruhi visi dan misi pejabat bupti. Ibarat halnya orang lian yang makan nagka, tetapi lainyaa yang kena getanya. sehinga entah dengan maksud terselubung atau tidak bau dampakny tidak mempengruhi kinerja kepemimpinn pejabat bupti serta yang paling dikuatirkan rakyat jelata ditingkat akar rumput, sebab memang dalam hal kondisi rakyat dengan keadaan yang kumu dan polos terhadap semu pengaruh, perubahan dan masalah karena mereka harapkan adalah bagimana merasakan segarnya angin pembangunan dan perubahan setelah hadirnya intan jaya ditengah merek.

Namun harapan itu tinggalah harapan semata. Karena yang sedang terjadi adalah ‘kekuasan dan kepentingan’ melulu disemua lini pembangunn. Mengapa tidak, setelah dikelurkanya Undang-Undang Daerh Otonomi baru dengan nama Intan Jaya bersama pejabat Bupati disusul lagi dengan penyusunan kabinet dalam pemerintahan Administeratif hany nama dan waja bupti yang ada ditengah masyarkat.

Bukan tanpa Alasan masyarakat diwilaya Intan Jaya tahu hanya bersyukur kehadiran kabupaten Intan Jaya secara simbolis saja, karena para pejabat dengan proses administersinya bukan dijalankan diintan jaya, namun justru di Nabire.
Selama proses administerasi dijalankan dinabire dengan Alasan kantor penghubung di Nabire yang letaknya di Sriwini para  kepala SKPD juga semu mengontrak sejumlah rumah, bahkan rumah pribadi dijadikan sebgai kantor.

Mungkin  belum cukup dengaan kantor penghubung di Sriwini dan ditambah lagi dengn motor bebek plat merah berwarna hijau merek Jupiter yang perna dibagikan kepada para kepala SKPD lagi- lagi mengontrak rumah.

Kantor Bupati Intan Jaya, Foto: Robby Migau
Motif apa dibalik semu itu ?Apakah dan hibah hanya unutk menunjang tugas para kepala SKPD dan merasa diri besar pangkat dan golongan besar saja lalu bagimana dengan penunjang kebutuhan bagi staf dan golongan kecil, karena soal golongan dan jabatannya memang beda tapi kebutuhan hidup  di Nabire kan sama toooo,..…………….Kenapa suru dataang berkantor di Nabire tapi penunjang tugasanya hanya diberikan kepada yang golongan besar saja. Apa lagi jarak tempat tinggal warga intan jaya lebih banyak bermukim disekitar Karang Tumaritis dan Gerbang sadu. Ketimbang para kepala SKPD dan mereka yang merasa diri golongan kelas satu yang hanya cukup mengelurkan ongkos bensin tidak lebih dari sepuluh ribuh per hari.

Dari kondisi dan pengalaman ini, mukinkah pembangunan intan jaya akan dijalankan dengan balas dendam sesuai periode kepemimpinanya. Tercipta jurang dan gep-gep. kalau demikian siapa yang untung dan siapa yang rugi,.? Tentu saja hanya para elit politik yang notebane penguasa dan penguasa semakin menjadi Konglo-merat sementara rakyat jelata sedang konglo- melarat.

Bahkan lebih disesalkan lagi adalah rakyat Intan Jaya belum mengetahui wajah dan kinerja para pejabat yang perna dilantik bupati dan karya nyata ditengah-tengah masyarakat belum ada, namun dikagetkan  sengan isu pemilukada dan justru cikal bakal kandidatnya adalah para pejabat yang kinerjanya belum diketahui etnis kotek dan cawat di intan jaya itu,entalah,..................


                                     Penulis adalah sala satu tokoh pemudah Intan Jaya tinggal di
                                     Bumiwonerejo, Nabire ( Martinus Alfa Mujijau).