Foto: Misael Maisini |
Kepala Dinas tersebut mengaku sangat kecewa,karena peserta yang mengikuti Bimtek (Bimbingan Teknis) nampak “muka baru” yang belum punya SK di Kabupaten Intan Jaya,baru didatangkan lantas diikutkan dalam kegiatan Bimtek,ujarnya.
Soal kemampuan atau ketidkmampuan anak daerah maupun non putra daerah,bukan ukuran.Justru supaya diawal meletakan pondasi pembagunan Intan Jaya,anak daerah harus diberdayakan karena mereka ingin belajar dari belum tahu,sehingga menjadi tahu. Dengan demikian,,tekad baik bimbigan teknis (Bintek) keuangan yang digelar Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan Kabupaten Intan Jaya menjadi “Tidak bernilai” dalam hal pemberdayan bagi anak daerah.
Hal ini terkesan Ibarat memberikan makan kepada orang yang sudah kenyang.Sangat mengecewkan anak daerah.Jika cara seperti ini tetap di perhatikan maka kedepan akan menciptakan jurang pemisahan antara yang satu dengan yang lain (Mengaduh-dombakan) sesama yang dulunya mempunyai hubungan kekeluragaan yang sangat erat antara satu sama yang lain,kemudian terpeca bela karena kepentingan dan kekuasaan semata.
Hal ini dilahirkan oleh para penguasa daerah Intan Jaya.Sebab,dapat jadi demi kepetingan para kepala SKPD. Jika demikian kepala SKPD bersangkutan tidak mencintai daerah dan masyarakatnya,karena hanya diatas bibir yang mengatakan sebagai penggagas pejuang dan lain sebgainya untuk lahirnya Intan Jaya. Justru kepala SKPD non putra Intan Jaya seperti BKD, Kependudukan dan Catatan Spil serta Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan adalah contoh baik yang patut ditiruh.
Sebaliknya, Dinas Pariwisata,Perhubunggan,Informatika dan Komunikasi merupakan contoh paling buruk dimata pemerintah maupun rakyat Intan Jaya yang harus dihindari. Bukan tanpa alasan.Merasa diri sebagai sang kepala Dinas, mendatangkan pegawai baru, lantas dalam hitungan detik langsung diserahai jabatan “katanya” Bendahara dan Operator Computer,tanpa ada satu penghargaan pun terhadap Pegwai lama yang notebene putra daerah dan mengabdi di Dinas Informatika dan Komunikasi(Almarhum Martinus Alfa Mujijau) bahkan dengan beraninya menayakan buku kas Dinas Infokom karena merasa diri orang dekat dengan Kepala Dinas perhubungan (Leo Sondegau).
Memang di sadari bahwa alamat Protes Pegawai Dinas Perhubungan,Pariwisata, dan Komunikasi adalah bukan kepada Pegawai baru atau Operator Computer.Tapi cara bertanya itu sebaiknya pakai etika organisasi. Atau mungkin sudah disuntik sang kepala Dinas (Leo Sondegau),sehingga bicaranya blak-blakan tanpa menyadari dirinya orang baru.
Selain itu,pergantian Bendahara baru pada Dinas Informatika dan komunikasi Yaitu (Martinus Alfa Mujijau ) di Kabupaten Intan Jaya tidak melalui Prosedur.Merasa diri sebagai pemegan kendali Dinas Perhubungan,Pariwasita,Informatika dan komunikas (Leo Sondegau ) di kabupten intan jaya,padahal justru “Buta Aturan”, sehingga kepala SKPD yang satu ini mengganti bendahara tanpa koordinasi.
Saat menayakan siapa sebenar-nya Bendahara yang mengikuti Bimbign Teknis (Bimtek) supaya sesuai dengan jumlah yang di atur panitia yang hanya tiga orang setiap Dinas yang mengikuti Bimtek.Namun di awal mengikuti Bimtek,Kepala Dinas (Leo Sondegau) mengatakan ikut saja semua.Padahal dalam kenyataanya Sudah di Ganti.
Hal ini baru diketahui bendahara lama,yaitu (Martinus Alfa Mujijau) pada saat sekedar untuk mengecek Dana di Bank Papua Cabang nabire,namun mantan bendahara ini dikagetkan dengan permintaan Rekening Giro oleh salah satu petugas BPD.Karena masalah itu tidak ada hubungannya dengan petugas Bank,justru masalah Dinas,sehingga mantan bendahara (Martinus Alfa Mujijau ) pun menolak menyerakan Rekening giro.
Menolak menyerhakan Rekening Giro itu karena Pergantian Bendahara Ada Aturannya.Tidak bisa semuanya itu diatur sewenang-wenangnya oleh Kepala Dinas Perhubungan,Pariwisata,Informatika dan Komunikasi (Leo Sondegau). Apalagi saat itu sedang bermasalah dan belum ada solusi/ jalan kelur yang baik.
Martinus Alfa Mujijau