![]() |
Pola Kepemimpinan "Kepala Suku Besar" Yerisiam di Tanah Papau (Foto: Sumber Suara Pusaka) |
Paska
kepergian kepala suku besar Yerisiam, Alm. Simon Petrus Hanebora awal tahun
2015, terjadi kekosongan pada kepemimpinan suku besar. Maka itu, masyarakat
adat Yerisiam yang terdiri dari sub suku Waoha, Akaba, Sarakwari dan Saramoy,
dalam waktu tak lama segera memilih pengganti mereka.
Daerah
Suku Besar Yerisiam berada di Kabupaten Nabire Papua (utara pulau Papua),
beroperasi perusahaan sawit bernama PT.Nabire Baru (PT.NB), PT. Sariwana Adi Perkasa
(PT.SAP) dan Ijin Pengelolaan Kayu PT. Sariwana Unggul Mandiri (PT.SUM).
Perusahan tersebut menguasai 17.000 hektar lahan sesuai MOU.
Semenjak
perusahaan atau peradaban luar datang kesini, peradaban suku tersebut mampu
beradabtasi, ikut terlibat pada perkembangan zaman. Baik pembangunan,
spiritualitas berupa keagamaan maupun politik kontemporer. Kini, perjuangan
Yerisiam berhadap dengan corak kapitalisme berupa pemodal kebun sawit dan
pengelolaan kayu industri. Dimana, dahulunya, moyang Yerisiam terlibat dalam
perang hongi dan mampu mempertahankan tanah dan dusun mereka hingga sekarang.
Terkait
cara pemilihan kepala suku besar, menurut sekertaris Suku Yerisiam, Robertino
Hanebora mengatakan bekas Kepala Suku Besar terdahulu ditunjuk langsung oleh 5
sub suku, Tino bilang. Lanjutnya, Alm. SP. Hanebora waktu itu ditunjuk langsung
berdasarkan garis keturunan kepala suku sebelumnya.
Sekarang,
lanjut Tino kepada PUSAKA senin 31 Maret 2015, kepempinan kepala suku besar
tidak lagi melalui penunjukan langsung sesuai garis keturunan tapi lebih
demokratik. Mengingat jaman sudah moderen, maka sesuai dengan hasil pertemuan
sub suku di kampung Sima, disepakati masing-masing suku ajukan kandidatnya lalu
dipilih oleh orang Yerisiam asli, kata Robertino menjelaskan hasil diskusi
mereka.
Tanggal
5 April 2015, rencana persiapan pemilihan digelar. Proses pertama adalah
anak-anak dari Almarhum S.P Hanebora (mantan kepala suku besar) menyerahkan
secara simbolis kepada 5 Sub Suku (Waoha, Akaba, Koroba, Sarakwari dan Saramoy)
yang ada di kampung dan sekaligus membentuk panitia persiapan pemilihan kepala
suku besar yang baru, ujar Tino
Sementara
itu, kepada tabloidjubi.com, Robertino
Hanebora, sekretaris Suku Yerisiam mengatakan, suku besar Yerisiam akan segera
memilih kepala suku yang baru untuk menggantikan almarhum Simon Petrus Haneboa
yang meninggal pada bulan Februari lalu di Nabire karena komplikasi penyakit
yang dideritanya.
Robertino
menjelaskan, dengan berpulangnya SP Hanebora, kepala suku Yerisiam, Kampung
Sima, dalam waktu dekat akan diadakan pemilihan kepala suku Yerisiam yang baru.
“Jadi
dalam waktu dekat kami akan melakukan pemilihan kepala suku di Kampung Sima.
Tapi untuk sementara ini kami akan bentuk dulu panitianya,” jelas Robertino
Hanebora kepada Jubi melalui telepon genggamnya dari Nabire, Selasa
(31/3/2015).
Panitia
pemilihan kepala suku akan dibentuk pada 5 April 2015, di Kampung Sima. Panitia
ini akan mempersiapkan pemilihan kepala suku yang baru dan berbagai
kriterianya. “Rencananya, pemilihan kepala suku akan dihadiri oleh
pemerintah, elemen-elemen suku dan lembaga-lembaga adat di Nabire,” katanya.
Senada,
kepala Suku Waoha di Nabire, Imanuel Money kepada Jubi membenarkan informasi
tersebut. Kata dia, pemilihan kepala suku akan dilakukan pada 5 April di
kampung Sima.
“Kami
bersama suku Yerisiam akan membawa tongkat kehormatan yang sebelumnya diberikan
kepada almarhum SP Hanebora dan secara sah masyarakat suku Yerisiam akan
memilih kepala sukunya,” kata Money kepada Arnold Belau dari jubi.
Kolonialisme
Belanda selama di Tanah Papua, membagi wilayah adat kedalam tujuh zona,
dampaknya ada kepala suku besar yang mewadahi sub suku. Tujuan Belanda adalah
memudahkan kordinasi dan klaim sepihak hak adat bersama pemerintahan kala itu.
Cara itu justru melahirkan klaim atas hak kesulungan, dimana kepala suku yang
kuasai wilayah besar terdiri dari berbagai suku didalamnya.
Suku
Besar Yerisiam sudah punya tradisi kepemimpinan satu kepala suku besar yang
mewadahi sub suku mereka sebelum Belanda hadir di Bumi Papua. Bila trada
hambatan dan rintangan, proses pengangkatan kepala suku besar Yerisiam yang
baru ini, dilaksanakan melalui mekanisme demokratis, suatu proses yang begitu
maju dalam peradaban kepemimpinan suku-suku se-Tanah Papua. Sebab, rata-rata
kepemimpinan kepala suku disini umumnya turun temurun tanpa proses demokratis.
Yerisiam patut ditiru dalam hal kepemimpinan tradisi.
(Arkilaus
Baho)
sumber: http://Pusaka.ord