SKP Timika: Polisi Proses Hukum Tokoh Perang Di Kwamki

SKP Timika: Polisi Proses Hukum Tokoh Perang Di Kwamki 
TIMIKA- Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Keuskupan Timika berharap Kepolisian Resort ( Polres )Mimika melalukan proses hukum secara tegas kepada para tokoh dan pelaku perang di Distrik Kwamki Narama Kabupaten Mimika. Demikian dijelaskan oleh Rudolof Kambayong Sekretaris SKP saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat 20 Mei 2016 Pukul 12. 00 Wit.  


Lanjut Kambayong; konflik yang terjadi selama ini di Kwamki Narama susah untuk menaganinya, karena tidak ada komunikasi antara kedua bela pihak yang bertikai. Dan juga pihak gereja alami kesulitan dalam menangani konflik itu, karena pihak gereja tidak tahu persis akar persoalan dari konflik tersebut.


Lebih lanjut kambayong menjelaskan; pihak gereja bisa menangani konflik itu, namun pihak gereja belum persis tahu akarnya. “Untuk itu SKP Timika mengharapkan kedua bela pihak yang bertikai untuk membayar uang denda sesuai dengan permintaan pihak korban, kalau pihak korban meminta babi lima ekor, maka pihak pelaku harus menerima itu dan membayar lima ekor sesuai permintaan pihak korban”.

Selain itu, “kambayong juga mengharapkan pihak kepolisian untuk menangkap pelaku atau tokoh-tokoh yang mengerakan konflik tersebut. Dan memenjarakan tokoh-tokoh perang dari kedua bela pihak yang bertikai,  sesuai dengan hukum yang berlaku di Negara ini. Bila perlu pihak kepolisian harus memberi sanksi-sanksi agar tokoh-tokoh tersebut tidak melakukan konflik yang sama dikemudian hari”. Tegasnya.

Sementara ditempat yang terpisah, Pastor Bernard Kedang, Sjc mengatakan; konflik di Kwamki Narama  susah untuk ditangani, karena kwamki narama masih terikat dengan unsur-unsur budaya balas dendam dan juga disana masih memakai hukum adat.


Sambung Pastor, bapak Uskup Keuskupan Timika, Mgr. Jhon Philip Saklil, Pr pernah ke Jayanti untuk mendamaikan perang yang sedang berlangsung disana, namun perang masih terus berlanjut. Untuk itu, pihak gereja berharap agar pihak Kepolisian dan agama-agama yang ada di kabupaten Mimika membangun kominikasi antara pemimpin-pemimpin agama dan seluruh umat yang ada di kota Timika dalam membagun hubungan kebersamaan dalam keanekaragaman suku, bahasa dan budaya yang ada di Timika.



Lebih lanjut Pator Bernard menjelaskan;  “Pihak keamanan, pemimpin-pemimpin agama dan umat beragama di kota Timika harus membangun komunikasi sosial. Supaya dengan komunikasi sosial antara satu sama yang lain semakin erat hubungannya, sehingga dengan adanya komunikasi sosial umat dengan sendirinya akan menguranggi konflik yang akan terjadi, Semoga. ** Misael Maisini **