Jagan Membanding-Bandingkan Sesama-mu


Hitung Babi (Foto: Misael Maisini)
Dipenggunungan Tengah Papua Sebagian Besar Masyarakat Hidup Sebagai Petani. Bagi Seorang Petani,Ternak Babi adalah Aset ekonomi. Menghitung Babi berarti Memperkirakan Keuntungan Ekonomis Yang Bakal Diraahi. Kata-kata ini Menyarankan Agar Orang Tidak Terlalu Sering Menghitung-hitung Labanya Tetapi Lebih Baik “Menghitung”Berkatnya. Artinya,Kita Sebaiknya Bersyukur Kepada TUHAN ALLAH Atas Segala Karunia-NYA,Terutama Hidup Yang Boleh Kita Nikmati Ini, Walaupun Kadang Hasil Kerja ( Penghasilan ) Kita Hanya Sedikit.
Orang Yang Tidak Bisa Menyukuri Prestasinya Yang Sudah Dicapainya dan Selalu Merasa Belum Tercapai Puncak Serta Ingin Selalu Merasa Belum Mencapai Puncak Serta Ingin Selalu Menggapai Tingkat Yang lebih Tinggi lagi, Dia Bukan Orang Sukses. Mengapa??? Karena Orang Yang Selalu Mengejar “ Sukses”ini Telah Menjadi Budak Ambisinya Sendiri.
Ia Tidak lagi Menjadi Manusia Yang Berprestasi,Tetapi “Mesin Abisi” Yang Tidak Bisa Dihentikan. Ada Bahaya Yang Mengintainya Si “Mesin Ambisi” ini. Kalau Ia Gagal Mencapai Sesuatu Yang Sudah Direncanakan dan Diperkirakanakan Berhasil, Ia Akan Frustasi dan bahkan Mangalami Depresi. Ia Menganggap bahwa Dirinya Tidak Berharga Lagi. Ia Merasa Kadar Eksistensinya Diturunkan Sampai Ketitik nol.

Orang yang telah Menjadi “Mesin Ambisi”,Yang Tidak Bisa Berhenti Mengejar”Sukses”,Ada Baiknya Mengingat Kata-Kata Bijak ini,”Apalah Untungnya Bagi Seorang Manusia Jika Seandainya Ia Bisa Mendapat Seluruh Dunia Tetapi Kehilangan Jiwanya”??? Kata-Kata Bijak ini Mengingatkan Agar Orang Tidak Mencari Harta Kekayaan  atau Mengejar Prestasi Sedemikian Hebatnya Sehingga Melupakan Kehidupan Rohaninya,Menjadi Jau Dari TUHAN ALLAH dan Sesamanya. Harta Benda atau Prestasinya Melimpah Ruah,Tetapi Kahidupan Rohaninya Kering. Ibarat Pohon Yang Tidak Menghasilkan Buah.

Apa artinya Kesuksesan Yang Dicapai Dengan Cara-Cara Yang Tidak Menjujung Serta Memuliakan Manusia dan Kemanusiaan,Tetapi Justru Merendahkan dan Menginjak-Injak Martabat Manusia dan Kemanusiaan??? Memang Benar bahwa Setiap Orang Harus Mempunyai Ambisi. Memang Benar Bahwa Seseorang Mempunyai Keiginan Berprestasi. Yang Salah adalah Jika Orang itu Diperbudak Oleh Ambisinya Sendiri dan Menjadi “Mesin Ambisi” atau Tersihir oleh “Sukses” .
Ada Bahaya Jika Anda Terlalu Sering Menegok Kiri Kanan dan Membanding-Bandingkan Kesuksesan atau Keberhasilan Orang Lain Dengan Kesuksesan Anda Sendiri.  Kalau Orang Lain Lebih Sukses Dalam arti Prestasinya lebih Menonjol, lebih Popular Anda Bisa Terjerumus Kedalam Keirian atau Kedengkian. Kalau Anda lebih Sukses, Anda Bisa Terperosok Kedalam “KESOMBONGAN”.  Lalu Anda Memandang Orang Lain Dengan Sebelah Mata. Yang Seharusnya Anda lakukan adalah Menyadari Bahwa Kesuksesan Tidak Bisa Dibanding-Bandingkan Seperti Kita Membanding-Bandingkan Harga Barang.
Ada Sebuah Cerita yang Dapat Mengingatkan Anda Untuk Tidak Dapat Membanding-Bandingkan Sesama Anda. Cerita Tentang Burung Merak Yang Mengolok-Olok Burung Bangau. Burung Merak Mengejek Burung Bangau Karena Bulunya Jelek (Hanya Putih Saja) Sementara Bulunya Sendiri Indah Berwarna-Warni.”Memang Benar Bulumu Indah,”Kata Si Bangau.”Tetapi,”Lanjutnya,”Kalau Soal Terbang, Aku lebih Unggul Dari Pada Kamu. Aku Bisa Terbang Tinggi di Langit Biru Menembus Awan,Sementara Kamu Bisanya Cuma Berkeliaran di Tanah Seperti Ayam.”

Nikolaus Hagisimijau
Cerita ini Bagus Untuk Mengingatkan Kita Sebagai Orang Dewasa Bahwa “Masing-Masing Orang Dikaruniai Kelebihan Yang Khas”.  Jadi Tidak Perlu Membanding-Bandingkan Kesuksesan Kita Dengan Kesuksesan Orang Lain. Yang Baik Dilakukan adalah Membandingkan Kesuksesan Kita Sendiri Sekarang dan Kesuksesan Kita Diwaktu lalu. Yang Penting Bahwa Kita Sudah dan Selalu Berusaha Melakukan Yang Terbaik. Bagimanapun Juga Kesuksesan Bukanlah Tujuan. Kesuksesan adalah Sarana kita Untuk Menjadi lebih “Manusiawi”. Apalah artinya Kesuksesan Kalau itu Dicapai Dengan Mengorbankan Manusia, Tidak Hanya Diri Sendiri Tapi Juga Orang Lain??? Kita Musti Ingat Bahwa” Uang, Ilmu bahkan Teknologi, Harus Mengapdi Kepada Umat Manusia”. Manusia Harus Menjadi Tujuan dan Cita-Cita Segala Yang Kita Lakukan.”Proyek Apa Pun Yang Direncanakan Seseorang Demi Masa Depan Yang Lebih Baik, Prinsip Etis Yang Mendasar Haruslah Bahwa Manusia TIDAK Boleh Dijadikan Sekadar SARANA”. Manusia Haruslah Menjadi Cita-Cita dan Sekaligus Kriteria. Uang,Modal, Kerja, Ilmu,Teknologi adalah Sarana.  Semuanya ini Harus Digunakan Dalam Rangka “MELAYANI UMAT MANUSIA”. Manusia Haruslah Tetap Menjadi SUBYEK,Tak Pernah Boleh Menjadi OBYEK.
Dengan Menyadari Bahwa Kerja atau Karya Termasuk Didalamnya Jabatan, Gaji, Tingkat Kesuksesan,dan lain-lain “Haruslah Diabdikan Untuk Kemajuan Umat Manusia”, Kita Tidak Semestinya Iri Melihat Orang Lain Sukses,Tidak Semestinya Merasa Frustasi Jika Kita Tidak Bisa Menjadi Lebih Sukses Dari Pada Sebelumnya. Tetapi, Sebaiknya, Kita Pun Tidak Boleh Sombong Kalau Kita Kebetulan Lebih Sukses Daripada Orang Lain. Kerja Atau Karya Hanyalah Salah Satu Sarana Bagi Kita Untuk Lebih Memanusiakan Diri Kita Sendiri Dan Sesama. Tujuan Pokoknya Adalah Manusia Itu Sendiri, Bukan Karya Atau Kesuksesan.