![]() |
Foto: Misael Maisini |
3013 pukul 10.35 Wpb.
Pater Yustinus berkhotbah bahwa; Umat Katolik musti bersikap adil supaya ada damai. Dalam damai itu supaya ditemukan kesejahteraan secara menyeluruh. Umat juga musti berhati-hati terhadap Kekacauan, karena dengan adanya kekacauan umat tidak bisa melakukan aktivitas
sehari-hari.
Pater Yustinus juga tanya kepada umat bahwa siapa yang senag dengan kekacauan dan kematian? Namun semua umat mengatakan tidak senang dengan kekacauan dan kematian, maka pater Yustinus mengatakan umat musti hati-hati dengan kekacauan supaya bisa hidup menuju
kesejahteraan. Di hari minggu itu juga pater Yustinus Rahagiar dan Frater Selpius Goo memberikan sambut baru kepada salah satu pewarta yang belum dipermandikan dan belum menerima Tubuh Kristus.
Saat noken mewawancarai pewarta tersebut, pewarta tersebut mengatakan bahwa; Dia putus sekolah di kelas dua (2) SMA Negeri 1 Sugapa akibat perang suku yang menimpa marganya dan khusunya keluarganya. Pewarta Oto Hagisimijau mengatakan bahwa akibat perang tersebut bapa kandungnya, Wagabomala Hagisimijau di tembak dengan seratus tujuh puluh lima (175) anak panah. Kematian Ayahnya menandakan bahwa perang telah berakhir, yang dalam bahasa setempat mengatakan Peawogo Mbisia.
Akibat itu pewarta Oto memilih untuk aktif dikegiatan gereja,sehingga para pewarta dan gembala setempat menariknya ewarta Oto untuk menjadi pelayan umat di Stasi Titigi.
Tambahnya;saya kaget saat itu, karena pater memanggil saya untuk sambut baru,maka saya hanya bersyukur kepada Tuhan atas semua kebaikan yang Tuhan telah rencanakan terhadap diri saya.