SIAPLAH DI POSISI-MU

Kepala Suku Rafel Hagisimijau Sedang Bawa Bola
Di sebelah barat daya Zimbawe terdapat dua sungai yang membatasi kota
kecil yang bernama titigi city. Dikota tersebut terdapat sedikit belantara, alang-alang dan pepohonan kasuari maupun pepohonan lainya
yang dapat memberi subur tanaman dan tumbuhan dan juga dua sungai tersebut dapat memberikan hidup yang cukup kepada masyarakat setempat.

Ditengah kedua sungai dan di dalam alang-alang dan pepohonan
tersebut terdapat babi hutan yang selalu  merusak kebun masyarakat
setempat entah itu, pagar, tanaman maupun tumbuh-tumbuhan. 
Masyarakat setempat selalu dengan susah payah membuat pagar, namun pagar-pagar tersebut dirusakkan oleh babi tersebut. Masyarakat dikota itu selalu dan selalu membuat pagar sambil jejaki babi tersebut untuk dibunuh, namun babi tersebut tidak dapat dijejaki dan dibunuh oleh mereka hingga tahun ke tahun bahkan generasi ke generasi.

Disuatu saat di kota itu musim hujan yang berkepanjangan, sehingga beberapa masyarakat di kota itu  sepekat untuk memburuh babi tersebut, sebelumnya masyarakat setempat menyiapkan anak panah. Setelah menyiapkan anak panah mereka hendak jejaki babi tersebut sambil mencari tahu dari mana babi tersebut datang,.? Dari mana babi tersebut masuk dan merusak pagar,.?  dan dari jalur mana babi tersebut pulang dan dimana babi tersebut menetap,.? Masyarakat setempat sudah mencari tahu semua jalur babi tersebut selama satu minggu lamanya, minggu yang kedua mereka hendak pergi untuk memburuh babi tersebut.

Pagi itu hujan rintik-rintik masyarakat kota itu sepakat untuk pergi memburuh babi tersebut, mereka melewati beberapa bukit  dan tibalah disalah satu bukit  tiba-tiba dibelakang mereka ada seorang anak mudah yang hendak mengikuti mereka sambil membawa busur dan anak panahnya.
Anak mudah itu berusia 12 tahun dan dia juga yang paling terkecil diantara mereka. Mereka sudah rasa kalau ada yang datang dari belakang mereka, sehingga mereka berhenti  lalu datanglah anak mudah itu dan mendekati mereka sambil berkata saya mau ikut kaka-kaka, jawab mereka; jalan. Anak mudah tersebut masuk dalam barisan mereka dan melanjutkan perjalanan ke tempat berburuh.  Setelah mereka turun dari bukit tersebut mereka menyeberanggi salah satu sungai sambil berkata kepada satu sama yang lain bahwa disebelah inilah babi tersebut sering bermalam, sehingga di harapkan untuk datang dengan tenang sambil siap siaga.

Ternyata sangat benar babi itu lari menuju ke arah kepala air, karena mendengar  bunyi pataaan kayu, maka merekapun melepaskan anak pana tapi tidak satupun mengenai babi tersebut, maka mereka memburuh  babi tersebut. Mereka terpencar dan empat orang diantara mereka lebih dulu
kearah kepala air dan mengusir babi tersebut dari arah kepala air menuju muara sungai, namun mereka semua tidak dalam posisi siap di tempat, malah mereka kejar kesana dan kejar kesini, sehingga babi itupun lari ke kepala air, tapi diusir turun lagi oleh keempat orang tadi namun  mereka masih memburuh kesana dan memburuh kesini, sehingga babi itupun lari terus dari mereka. keempat orang itu datang dan berteriak yeh,.. yeh,.. yeh,..
yeh,..yeh,..yeh,..yeh,..!!! kalau macam begini kapan baru kamu mau
bunuh babi ini,.? 

Ini bukan babi yang kamu piara di rumah,.!!!  Babi yang kamu piara di rumah saja musti ada dua atau tiga orang yang harus kurung babi itu untuk dibunuh dan itu juga menggunakan dua atau tiga anak panah, kamu musti tahu itu,..!!! apalagi ini babi hutan, sehingga harus ada kekompakan untuk membunuh babi ini, tidak mungkin satu orang dia bunuh dengan kemampuan-nya sendiri dan juga kamu jangan kejar kesana-kejar kesini tapi jaga di posisi kamu masing-masing supaya begitu babi datang kamu tingal tembak. ingat itu baik- baik.

Keempat orang tersebut membagi posisi kepada tiap – tiap pribadi untuk menjaga pada tempatnya masing – masing dan anak yang paling kecil diantara mereka mendapatkan tempat (posisi) paling terakhir. Keempat orang tersebut menuju kepala air dan mengusir turun babi tersebut namun babi tersebut tidak ditembak dengan baik oleh mereka apalagi anak mudah itu, dia sama sekali belum mengelurkan anak panahnya, karena babi tersebut belum ke tempatnya, babi itu ke arah sisi kanan sungai maka mereka semua kesana dan disana tempat nya sangat susah untuk babi itu kelur, sehingga mereka sepakat untuk membunuh babi itu disana, namun mereka melakukan hal yang sama sehingga babi tersebut tidak dapat ditembak oleh mereka.

Haripun semakin siang merekapun semakin cape, namun mereka masih memburuh babi tersebut dengan cara mereka masing-masing dan keempat orang tadi mereka tetap di bagian kepala air dan berteriak kamu jaga baik-baik dan kalau bisa usir babi itu ke sisi kanan sungai supaya kami bisa menembaknya disana.  Mereka itu masih kepala batu dan tidak mau mengindahkan teriakan -teriakan dari kepala air, maka keempat orang  tersebut datang dan mengatakan kepada mereka bahwa kawan-kawan kalau kita kejar kesana-kesini, putar balik, maka kita sendiri yang akan cape dan babi ini kita tidak bisa bunuh, maka babi ini akan datang dan datang untuk selalu merusak pagar dan habiskan tanaman kami, sekarang kawan-kawan pikir baik-baik bagimana cara kita hari ini harus bunuh babi ini,..!!! Keempat orang tersebut membagi posisi kepada tiap-tiap pribadi dan
anak mudah itu mendapatkan tempat yang sama, yaitu dibagian belang paling terakhir.

Anak mudah itu mukanya penuh kecewa, maka datanglah sala satu orang diantara mereka dan mengatakannya adik jangan engkau kecewa tapi jaga dan jangan kemana-mana tetap babi ini adik yang akan membunuhnya bila adik tidak kesana-kesini, adik harus disini
saja biar babi ini ke mereka yang diatas ini adik tidak usah gelisah, tapi percaya dan tetaplah jaga di tempat ini, maka anak mudah itu jaga di tempat nya. Tidak lama kemudian dari atas mereka memburuh babi tersebut dan menembaki babi itu dan tiba di posisi dimana anak mudah
itu ada jaga maka anak mudah itu mengelurkan anak panah yang dalam bahasa Zimbawe mengatakan “wau mina ndu koa” lalu menembaki babi tersebut hingga mengenai sasaran dan habislah nyawa babi tersebut di tangan anak mudah itu.

Mereka mendekati anak mudah itu dan mengatakan padanya; adik walaupun ditempat ini sangat tidak mungkin, namun adik dapat menembak babi ini hingga habiskan nyawanya, kami sangat berterima kasih, mari kami yang pikul, lalu jawab anak mudah itu kepada mereka; kaka kalau seandainya saya sendiri yang memburuh babi ini saya tidak sanggup dan saya rasa tidak mungkin, namun karena kebersamaan, kekompakan serta saling mererima, maka babi inipun kita bisa menembaknya apalagi ini babi hutan yang sudah sangat liar di hutan ini selama beberapa tahun, babi biasa saja musti ada dua atau tiga orang untuk membunuhnya. Apalagi ini babi hutan yang tidak bisa di tembak oleh satu dua orang sehingga butuh banyak orang yang bekerja sama. 

Mudah-mudahan tidak ada babi lagi yang datang merusak pagar, tanaman dan tumbuhan agar kami bisa hidup lebih baik dan lebih aman di hari-hari mendatang. Mereka membawa babi tersebut ke pinggir kali dan membakar bulunya lalu di bela-bela kemudian dibarapen dan dibagi-bagikan kepada setiap honai yang ada di kota itu dan diantara mereka mengatakan dalam bahasa setempat bahwa “tau wogotigi mbole wogo tigiondanoagedingga kaipa nduni hago mapi duame” lalu orang yang sama memanggil anak mudah itu dan mengatakan pada; anak datang kesini lalu pergilah anak mudah itu kepadanya lalu diberikan ekor babi tersebut dan mengatakan padanya; ini bagianmu dan pasanglah ini pada nokenmu dan jangan pernah engkau menceritakan bahwa engkau telah melakukannya biarlah orang lain yang menceritakannya, bukan bibirmu, sebab rumput inipun menjadi saksi  bahwa kau telah melakukannya apalagi mereka yang
lain.