Puncak Cartenz Pyramid yang tingginya 4.884 M merupakan salah satu
dari tujuh puncak tertinggi di dunia yang diselimuti salju abadi. Memang cukup
aneh, di daerah tropis terdapat salju, ditambah keindahan alam yang sungguh
mempersona. Ini karunia Tuhan untuk masyarakat di Papua.
Nama Cartensz diambil dari penemunya yaitu seorang
pelaut asal Belanda, John Carstensz yang menyaksikan adanya puncak gunung
yang tertutup oleh es di negara ekuator. Tidak ada yang percaya dengan
pernyataannya tersebut. John Carstensz adalah orang Eropa pertama yang
menyaksikan puncak Cartensz dengan mata kepalanya sendiri.
Keindahan
Puncak Cartenz ditambah panorama alamnya telah menarik 200-300 orang wisatawan
berdatangan tiap tahunnya, mereka umumnya berasal dari Amerika, Eropa dan Australia.
Selain itu, dari dalam negeri juga banyak yang wisatawan yang telah datang.
Tujuan kedatangan mereka ke puncak Cartenz beragam, ada yang hanya ingin
sekedar melepas lelah, ada juga yang melakukan penilitian dan ada pula yang
untuk kepentingan publikasi di media tempat mereka bekerja.
![]() |
Misael Maisi |
Keindahan
cartenz memang telah menyedot perhatian dunia internasional. Namun yang
disayangkan, hingga saat ini kehadiran para wisatawan itu tidak pernah memberi
keuntungan bagi masyarakat adat yang ada di sekitar puncak Cartenz. Ini yang
menjadi persoalan, sebenarnya Pemerintah Provinsi harus membentuk sebuah biro
perjalanan atau lembaga wisata resmi yang memilki ijin resmi juga untuk
kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah sendiri.
Dalam
beberapa komentar di media massa terkait puncak Cartenz dan peluang wisata,
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, Drs. Frans Rumbiak
mengatakan bahwa daerah ini akan dikelola untuk memberikan income atau pemasukan bagi pemerintah,
baik provinsi maupun daerah, namun disayangkan, hingga saat ini rencana
tersebut belum terealisasi. Memang menjadi pertanyaan, mengapa bisa demikian,
padahal beberapa kontraktor yang telah bersedia melaksanakan proyek pembangunan
itu.
Beliau
juga pernah mengatakan, bahwa akan ada pembangunan rumah singgah sejenis hotel
yang dinamakan home stay, agar memenuhi kebutuhan para wisatatawan. Hal ini
juga belum terealisasi. Hal yang paling penting juga, adalah pemerintah harus
melibatkan masyarakat, tokoh intelektual, tokoh adat serta pemerintah daerah.
Karena keberlangsungan rencana pembangunan akan betul-betul tercapai jika
dukungan, komitmen semua pihak yang ada di sekitar areal Cartenz.
Salah
satu daerah yang telah menyatakan niatnya untuk membangun dan menjadikan
Cartenz sebagai tempat objek wisata adalah Kabupaten Intan Jaya. Kabupaten
Intan Jaya memang memilki areal yang paling besar di daerah Cartenz, kemudian
jangkauan untuk sampai pada puncak Cartenz lebih mudah melalui Kabupaten Intan
Jaya. Selain itu, penghuni areal Cartenz adalah masyarakat Moni, yang sudah
tentu merupakan wilayah Intan Jaya.
Kabid
Pariwisata Kabupaten Intan Jaya, Januarius Maisini, dalam beberapa komentar di
media massa pernah menyatakan tekad dan kesungguhan mereka untuk membangun
pariwisata di sekitar Cartenz. “Pemerintah daerah Intan Jaya telah menyatakan
tekad untuk membangun wisata di areal Cartenz. Sudah tentu ini akan tercapai
bila ada kerja sama dari masyarakat, pemerintah provinsi dan kami sendiri,”
seperti dikutip Papua Pos Nabire beberapa waktu lalu.
Membangun
wisata di Cartenz memang bukan merupakan hal mudah, karena sudah tentu
pandangan masyarakat di sekitar yang mengatakan bahwa areal ini adalah tempat
yang paling sakral atau keramat yang sudah tentu tidak bisa diganggu oleh
siapapun. Untuk membuka keterisolasian sekaligus kesakralan itu, sudah tentu
masyarakat adat yang berada di sekitar Cartenz perlu dilibatkan.
Dalam
suratnya, masyarakat adat yang tergabung dalam Komunitas Mbai Gele Kabupaten
Intan Jaya, telah menyatakan tekad dan keseriusannya untuk mengijinkan
pemerintah baik daerah maupun provinsi mengelola tempat wisata tersebut,
asalkan ada sebuah kesepakatan, yakni menggelar doa adat. Sudah tentu tuntutan
seperti ini harus direspon positif oleh pemerintah, baik provinsi maupun
daerah. Karena ini itikad baik dari masyarakat, yang mana menginginkan kemajuan
dan pembangunan.
Untuk
menggelar doa ada ini sendiri, sudah tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit
jumlahnya. Pemerintah diharapkan dapat memenuhi keinginan ini. Karena ini sudah
tentu untuk kemajuan dan kepentingan bersama, baik pemerintah dan masyarakat.
Ketua Komunitas Mbai Gele, Andreas Maiseni, S.Pd dalam suratnya kepada
pemerintah provinsi Papua maupun pemerintah daerah Intan Jaya pernah
menyatakan, bahwa dana untuk keperluan ini harus di tanggung penuh oleh
pemerintah. Memang hal yang benar, pemerintah harus memfasilitasi
terselenggaranya doa adat ini.
Selain
menggelar doa adat di sekitar areal Cartenz, ada hal paling penting yang harus
disepakati, yakni; perjanjian atau kesepakatan dari pemerintah, dimana bersedia
melibatkan masyarakat sekitar untuk mengelolah areal Cartenz ini. UU Otsus
memberikan jaminan itu, dimana melakukan pemberdayaan bagi masyarakat adat yang
memilki tanah adat. Saya kira, ini tugas pemerintah yang harus di wujud nyatakan,
jika memang pengelolahan Cartenz ini akan berjalan lancar.
Untuk
masalah pembangunan daerah sekitar setelah kehadiran wisata Cartenz, merupakan
hal utama yang telah dipikirkan oleh pemerintah daerah. Apalagi telah diketahui
bersama, masyarakat sekitar sangat tertinggal dari kemajuan. Pendidikan mereka
sangat terpuruk, ditambah ekonomi yang hanya bergantung pada pertanian dan
berburu.
Ini sudah tentu harus menjadi perhatian bersama. Selain itu, kehadiran
wisata Cartenz juga sudah tentu harus menjawab apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat setempat.
Sekedar
di ketahui, nama sebenarnya Cartenz adalah Mbai Gele, dan kadang masyarakat
sekitar menyebutnya Tua yang artinya; batu terlarang yang tidak boleh disentuh
oleh siapapun. Sudah tentu, tempat ini telah dianggap tempat yang begitu sakral
atau keramat oleh para nenek moyang, terutama marga Maisini, Kum, Joani,
Duwitau, Sondegau dan Wandagau yang memiliki hak adat areal Cartenz ini.
Sekiranya
itikad baik dari masyarakat adat untuk menggelar doa adat adalah jalan masuk
bagi pemerintah provinsi dan daerah untuk mengelolah wisata Cartenz yang lebih
baik ke depannya. Kehadiran wisata Cartenz sudah tentu akan memberikan
keuntungan bagi banyak pihak, baik wisatawan, pemerintah, serta masyarakat
setempat.
Sumber
penulisan:http://en.wikipedia.org/wiki/Puncak_Jaya