MIGANI FC YANG KETINGGALAN

Didaerah atau suatu wilayah mempunyai suatu potensi entah itu sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang sangat kaya. Sumber daya alam maupun sumber daya manusia ini diberikan Cuma-cuma oleh Yahwah Elohim, tingal bagiman orang-orang tersebut untuk mengolahnya dan mengembangkannya. Potensi-potensi tersebut sudah ada dalam diri tiap-tiap pribadi, sepertinya dalam bidang olahraga kususnya Bola Kaki kabupaten Intan Jaya memiliki potensi yang sangat bagus.
Namun sangat disedihkan dan disayangkan bagi putra-putri kabupaten intan jaya. Gimi,…yee,..walaupun kabupaten intan jaya sudah dimekarkan pada tahun dua ribu delapan lalu,namun Ganewa,..Hema kabupaten tawapa tuya naga kana,….ketinggalan betul dengan kabupaten-kabupaten lain yang sama-sama dimekarkan. Hal ini disebabkan ambisi yang membudaya.
Ambisi yang membudaya ini sebenarnya bagus dan baik apabila itu sesuai dengan jurusan-nya atau skill-nya dan ingin membicarakan kepentingan umum, tetapi kalau bukan jurusannya, wah,..ini sangat parah. Yang jelas kalau bukan jurusannya dan tidak memiliki keterampilan di bidang tersebut, maka yang jelas hal itu akan membuat Virus penghambat dan pembunuh bagi masyarakat di wilayah tersebut.
Mana mungkin seorang mantri tidak mempunyai keterampilan dibidang tersebut lalu mengajar disala satu sekolah, yang jelas mantra itu akan binggung dan tidak mengerti bagimana mendidik anak muridnya secara baik dan benar, demikian juga sebaliknya bagimana seorang Guru lalu mengambil jarum suntik lalu menyuntik sala satu pasien. Hea,…heaa yeh,..pasien bisa mati tiba-tiba tu,……
Melihat potensi-potensi putra-putra bola kaki intan jaya yang sangat terkatung-katung itu, maka kedepannya harus menempatkan orang-orang yang mendidik maupun melayani, artinya bahwa menempatkan orang-orang yang betu-betul mempunyai keahlian dalam sala satu bidang atau sesuai dengan jurusannya. Apabila kedepannya hal ini dilihat dan dilakukan, maka akan ada perubahan dalam mengembangkan potensi-potensi bola kaki maupun mengembangkan potensi-potensi yang lainya.
Seseorang yang mempunyai keahlian maupun mempunyai jurusan lalu dia bekerja sesuai dengan apa yang ada pada dia, maka dia anggap hal itu mudah saja, karena dia anggap bisa karena dia sudah terbiasa dengan pekerjaan itu. Kita musti sadari bahwa Sejak Yahweh Elohim menempatkan kita di Kandungan tiap-tiap Mama kita sejak Itu pula Yahweh Elohim menaruh “Nasib” kita, yaitu Talenta atau Potensi sehingga potensi atau talenta itu harus dilihat, digali dan dikembangkan dalam segala bidang terutama untuk Melayani Sesama yang Membutuhkan.
Ingat Penetuan Nasib Sendiri adalah Hak Asasi Manusia yang diberikan langsung oleh Yahweh Elohim kepada pribadi masing-masing. Nasib Anda Tidak ditentukan oleh siapa-siapa, kecuali Yahweh Elohim Tinggal bagimana tiap-tiap pribadi itu untuk melihat, mengolah dan mengembangkannya. Mama kita melahirkan, menjaga, merawat, membesarkan memotifasi, menasehati serta Meluruskan seluruh hidup kita, Agar kita mengikuti jalan Tuhan. Sedangkan orang lain hanya mengsponsori kita dalam segala karya kita, agar kita mengikuti jalan Yahweh Elohim untuk dapat menemukan “Jati Diri Kita” sebagai Manusia yang Utuh, Keutuhan sebagai manusia yang Utuh adalah Kerendahan Hati serta Keteladanan hidup yang Membebaskan, Meneguhkan dan Melayani.
Untuk mengembangkan dan mencapai potensi-potensi tersebut tentu ada sponsor dari berbagai pihak, terutama Pemerinttah kabupaten intan jaya. Tanpa sponsor tidak mungkin potensi-potensi itu dapat digali dan dikembangkan. untuk mencapai potensi-potensi tersebut membutuhkan waktu dan proses. dalam waktu dan proses itu tentu memerlukan suatu Pengorbanan untuk menemukan jati diri seseorang sebagai manusia yang utuh.
Sehingga Penetuan nasib sendiri adalah hak Asasi Manusia yang mutlak, sehingga kami tidak bisa katakan bahwa nasib seseorang berada ditangan seseorang yang lain atau ditentukan oleh orang lain. Singkat kata Tuhan Alllah sudah taruh potensi kita sejak dalam kandungan mama kita, sehingga penetuan nasib kita ada di tangan kita. Untuk mencapai Tujuan itu dibutuhkan “Kesadaran, Komitmen, Ketaatan, Ketenagan, Kekompakan, saling menerima, rendah hati, Jujur, Berani Bijaksana, kasih dan Rela Berkorban untuk Melayani”.
Tanpa kedua belas hal ini tidak mungkin suatu Tindakan dapat dilakukan untuk mencapai Tujuan yang kita inginkan bersama. “Sedikit Tindakan Lebih Bermanfaat dari pada Sejuta Kata”, Mari kita bertindak untuk Nasib kita kedepan untuk mengapdi kepada masyarakat, gereja, bangsa dan negara.

Salam Perubahan,……….“ORA ET LABORA”
“APA YANG ENGKAU TABUR KINI ENGKAU AKAN MENUAINYA.”


Misael maisini
……………………..
ketua umum komisi


KOMISI MINTA SEGERE HENTIKAN INVESTASI DI INTAN JAYA


PT. Freeport yang memboncenggi PT. Minesave yang selama 12 tahun lebih, sudah menghancurkan flora dan fauna Sugapa - Intan Jaya. Kini sedang marak didaerah ular merah Wolai Distrik Mbeamo - Intan Jaya. Dengan melihat pengalaman itu koordinator tim survei pekabaran injil di daerah tersebut Ev. Barnabas Holombau, S.KK mengatakan bahwa kami dari pihak survei pekabaran Injil tidak menerima Investasi dari pihak mana pun yang datang mengeksploitasi kekayaan alam yang terkandung di atas dan di bawah permukaan bumi Intan Jaya.
Holambaum mengatakan tidak akan menerima Investasi dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun. Alasan mendasar penolakan ini adalah masyarakat suku Payu,suku Wola dan suku-suku di kabupaten Intan Jaya mengandalkan kekayaan alam yang ada di sekitarnya untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Masyarakat Intan Jaya memandang Tanah dan hutan sebagai Ibu yang memberikan asi bagi mereka, maka kelestarian alam dan keutuhan ciptaan harus dilestarikan dan dijaga demi kelangsungan hidup masyarakat setempat.
Hal yang senada diungkapkan oleh ketua ikatan mahasiswa pelajar Intan Jaya sekota studi Manokwari. Kiss Bagau bahwa saya sebagai mahasiswa sangat setuju dengan pendapat dari koordinator tim survei pekabaran injil di daerah tersebut Ev. Barnabas Holombau,S.KK, karena pengalaman dari sebelum daerah Intan Jaya menerima pemerintahan, yang terkusa adalah Firman Tuhan, maka kenapa Investasi-Investasi yang dikatakan di atas bisa harus masuk kewilayah primitif itu. Seharusnya pemerintah dan Investasi harus menghargai kepada tim pekabaran Injil, karena mereka bekerja untuk menyelamatkan jiwa-jiwa manusia yang masih primitif.
Saya sendiri berpesan kepada direktur PT. Minesave untuk segera menarik diri dari daerah-daerah tersebut. Kami dari mahasiswa/wi kota studi Manokwari berpesan kepada direktur PT. Minesave untuk melakukan koordinasi dengan masyarakat setempat dan penginjil-penginjil sebagai perintis daerah suku-suku terasing dan juga kepada perpanjangan tangan dari PT. Minesave yang ada di Sugapa kedaerah Wolai.
Kami menegaskan juga bahwa jangan mengatas-namakan masyarakat setempat untuk mendatangkan Investasi, karena masyarakat setempat menggantungkan hidup pada alam lingkungan, jika alam –hutan dibabat habis, maka masyarakat setempat akan kehilangan sumber kelangsungan hidup; dan berdampak pada pemusnahan etnis secara pelan tapi pasti.
Di tempat yang sama disampaikan oleh ketua umum Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya (komisi), Misael Maisini bahwa Komisi dengan tegas menolakak Investasi yang masuk di seluruh wilayah Intan Jaya. Kami menilai Investasi diseluruh wilayuah Intan Jaya merupakan pembunuhan masyarakat setempat secara tidak langsung, tegas Maisini. Sehingga komisi dengan tegas menolak investasi dalam bentuk apapun dan dengan cara apa pun yang masuk wilayah Intan Jaya. Hal ini disampaikan dalam jumpa pers komisi dipendopo Asrama Tunas Harapan Selasa 11/04/2011.



HILANGNYA SANG SURYA DIBALIK GUNUG MAGATAGA

*) Martinus Alfa Mujijau
Bertolak dari berbagi kehidupan masyarakat yang belum menerima campur tangan pemerintah secara menyeluruh bahkan selalu disisiskan dari berbagai hal. para penghuni alam raya negeri ini menitipkan ribuan harapan doa dan airmata kepada sang pencipta, Tuhan Yang Maha Kuasa,akankah Sang surya menyinari negeri paling timur kaya raya ini. Penghuni alam raya ini selalu gumuli dalam kehidupan mereka untuk mendapatkan sebuah harapan akan Sang surya yang dapat bersinar menyelimuti negeri ini. Melalui upayah, doa dan air mata penghuni negeri ini sang suryapun datang perlahan waktu demi waktu menghadapi berbagai tantangan untuk dapat menyinari negeri ini. Melalui usaha kerja keras,doa dan air mata penghuni negeri ini akhirnya sang suryapun bersinar diufuk timur negeri kaya raya ini ibarat lampu dimalam hari.

Be Begitu sang surya menyinar-
kan cahaya-nya wajah-wajah-
penghuni negeri inipun
menyambut-nya dengan
“penuh suka cita dalam
suasana yang sungguh
meriah dan Menghidupkan
se-isi alam raya negeri ini”.
Kabut salju Abadipun
menyelimuti suasana disaat itu. Burung-burung berkicauan dirantin-ranting pohon, dedaunan melambai-lambai dengan sepoi-sepoi, gemiricik air kali doga, wea, mbia, kema, dan aiga, terdengar, suasana gemuruh di hutan melengking. Disana ada suara,disina ada hidup, alampun bersaksi tentang datangnya “Sang Surya (Kabupaten Intan Jaya)”.


Wajah-wajah, para penghuni jagad raya Intan Jaya menanti dan menitipkan ribuan harapan doa dan airmata, akankah mentari pagi dapat bersinar lagi dari balik puncak Mbulumbulu. Sinar surya yang pernah terbit dari balik gunung gergaji, tampaknya kian hari kian tenggelam menghilang di balik Magataga. Ternyata tanpa terasa datangnya senja hampir tiba. Harapan beribu harapan, terdengar hanyalah kicau burung di perairan wea, mbia, kema, doga dan aiga, terdengar, hanyalah kicau burung. Penghuni honai begitu antusias menanti, kapankah cahaya itu kembali bersinar dan memberikan penerangan.
Penantian demi penantian, belum juga tiba harapan. Rumah yang baru didirikan terlihat belum menampakan asap, pertanda belum ditempati penghuni. Mengapa demikian, bertedu dalam honai berasap dan membaur dengan etnis koteka dan cawat adalah pilihan yang secara sengaja mau dan tau sudah dipilih.

Adalah cahaya kabupaten Intan Jaya, setelah mengadakan syukuran, lantas hanya nama yang ada di Sugapa sedangkan wujudnya, hampir mencapai delapan bulan ini, hilang dan tenggelam di kabupaten Nabire. Harapan Warga Intan Jaya dari Dugindoga, Weandoga, Mbiandoga, Kemandoga, dan Aigabundoga untuk menikmati dan merasakan dampak langsung kehadiran pemerintah kabupaten Intan Jaya, justru tidak terjadi. Sugapa sebagai ibukota Intan Jaya menjadi sepih total selama hampir mencapai lebih dari setengah tahun.

Memang masyarakat di tingkat akar rumput tidak menuntut berlebihan kepada pemerintah dengan program pembangunan. Masyarakat justru cukup terobati, jika pemerintahnya sudah ada di tengah-tengah mereka. Selain merasa ada perhatian dan sentuhan dari pemerintahnya, hasil produk petani tradisional yang selama ini kurang laku di pasar tersebut dapat laku sehingga terjadi peredaran uang di masyarakat.

Menurut seorang ilmuwan bernama, Aristoteles mengatakan, secara phisikologi obat penawar tuntutan rakat adalah kehadiranya Pemerintah ditengah rakyat. Terlebih lagi, pada situasi sulit dalam banyak hal. Untuk itu, datanglah kepada rakyat, duduk bersama rakyat, bekerja dari apa yang dikerjakan oleh rakyat. Bukan pameran melainkan pola dst...,kata Aristotele

Nama Sugapa hanya menjadi simbol formalitas (Sugapa,tanggal,...dsb) pada hal kenyataannya jelas- jelas di laksanakan Nabire. Mengapa tidak hanya dalam laporan diatas kertas. Namun justeru setiap baliho, spanduk atau poster yang nyata-nyata kegiatannya berlangsung di Nabire, namun yang tertulis di Baliho adalah Sugapa.
Hal ini berindikasi terjadinya pengobyekkan nama daerah dan manusia Intan Jaya sebagai sebuah umpan untuk meloloskan sesuatu
Walau masih banyak kekurangan tantangan dan kendalah, terlebih karena ganasnya alam pegunungan salju abadi namun itulah kondisi obyektif yang harus dihadapi dengan sabar dan penuh ketelitian. Lantas, hari ini ada jalan dan cahaya, besok jumpai mereka. Mereka hanya boleh puas ketika hal itu terjadi, semoga.!!!

Siapa Yang Untung dan Siapa Yang Rugi,.?

oleh) Maisini Titigi City
Masyarakat Intan Jaya menanti, kapan waktu pesta demokrasi pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya, setelah mendengarkan pelantikan KPUD Kabupaten Intan Jaya beberapa bulan lalu di Jayapura, Tanpa terasa, waktu terus bergukir, hingga beberapa bulan telah terlewati. Pro dan Kontra dari pihak yang merasa tidak puas dengan hasil keputusan dan penetapan KPU Propinsi pun tak terhindarkan. Dilain pihak ingin hasil penetapan KPUD Intan Jaya terus diproses. Dilain pihak, hasil keputusan tersebut sudah Sah. Memang diakui, bahwa sebagai bagian dari Negara yang menganut paham demokrasi, yang senantiasa menuntut adanya transparansi dan prosedur yang berlaku, maka protes, proses dan tuntutan yang diajukan adalah sah- sah saja, sebagai aspirasi dan sejau sesuai dengan koridor hukum yang berlaku.
Namun disisi lain akibat dari adanya, proses demi proses, bukankah,.? daerah dan masyarakat kabupaten intan jaya yang menjadi korban kepentingan,.? Karena, target anggran yang ditetpakan untuk periode tertentu akan terbuang begitu saja. disalah manfaatkan dengan berbagai alasan seperti tutup buku, kembalikan kekas Negara dan sebagainya. Bahkan tak menutup kemungkinan masuk kekantung pejabat. Untuk itu masalah protes atas ketidakpuasan hasil penetapan KPUD Intan Jaya hingga persiapan proses pesta Demokrasi harus dilihat sebagai masalah ditingkat daerah dan masyarakat Intan Jaya.
Bukan masalah Pemerintah, bukan pula masalah kepentingan seseorang atau sekelompok partai politik atau KPUD Intan Jaya, sebab jika kondisi ini dibirkan maka, konfilik Horisontal dapat terjadi, apalagi daerah Intan Jaya merupakan Rawan Konflik Horisontal, degan demikian pihak- pihak pintar akan memanfaatkan kesempatan untuk menggelapkan anggaran.
Lalu “siapa yang untung dan siapa yang rugi”,.? kalau memang hal itu terjadi. Dengan demikian diharapkan segera untuk menyelesaikaan beberapa masalah urgen yang merupakan PR bagi pemerinth kabupaten Intan Jaya, yaitu setidaknya memindakan kabupaten intan jaya yang selama ini di Nabire untuk segera naik ke Sugapa untuk menggerakan roda pembangunan di Sugapa, serta menyiapkan pesta demokrasi pelaksanaan pemilukada bupati dan wakil bupti. Benar bahwa semua pihak menghendaki, kalau diawal pembangunan Intam Jaya, mulai dengan meletakan pondasi yang kuat dan kokoh, pondasi tersebut merupakan karya cipta putra/i negeri intan jaya, dari magataga hingga mbulu-mbulu secara bersma yang akan menopang beban pembangunan.
Menurut penulis, kehadiran 5 anggota KPU, sudah mencerminkn warna intan jaya, jika ada warna yang merasa tidak terwakili dalam meghiasi ke-5 kursi empuk anggota KPU Kabupaten Intan Jaya itu, maka bukan berarti gagal, karena masih banyak peluang dan kesempatan lain yang akan dapat diisi, sebab kegagalan kali ini merupakan keberhasilan yang tertunda untuk hari- hari mendatang.
Memang harus banyak belajar berjiwa besar, karena akibat dari pengambilan sebuah keputusan, tidak semua orang akan merasa puas. Namun, tentu saja, ada yang pulang dengan kepuasan karena membawa hasil. sebaliknya, ada juga yang pulang Dengan rasa kecewa, Karena tidak berhasil sehingga pulang dengan tangan hampa. jika protes dan proses demi kepentingan kelompok partai politik, akan mengorbankan daerah dan masyarakat intan jaya, untuk itu, demi pembangunan daerah, sebaliknya jangan mengatakan siapa yang benar dan siapa yang salah tetapi, pemerintah bersama KPUD kabupatem Intan Jaya dan semua pihak yang berkompeten duduk bersama mengambil langka terbaik sehingga mempercepat proses pesta demokrasi agar roda pembangunan dapat berjalan sesuai dengan impian dan harapan kita bersama.

Penulis adalah anjing jalanan, tinggal di Holandia.

PILIHLAH JIWA SEORANG PEMIMPIN UNTUK INTAN JAYA


 Oleh*) Maisini Titigi City
Bukan saatnya kita percaya basa-basi dari para Penguasa di negeri ini, bukan pula kita diberi Uang dari Penguasa dinegeri ini sehingga kita diam
 membisu lalu tidak membela hak-hak dasar  akar Rumput negeri  ini. Uang Bukan Patokan atau ukuran, tetapi yang menjadi Patokan atau
Ukuran adalah Sebuah bukti dari perputaran Roda Pembangunan di negeri ini. sesuai dengan apa yang di harapkan oleh  akar rumput di negeri ini. Pemimpin di negeri ini harus melayani dan beta dengan akar rumput koteka dan cawat.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang selalu Merasakan penderitaan akar rumput  negeri ini dan tinggal bersama mereka, makan bersama,  jalan dan cerita bersama.  Ini yang dikatakan pemimpin yang merasakan penderitaan akar rumput negeri ini. Sehingga pemimpin itu merasa akar rumput  merupakan satu bagian yang tak dapat dipisa-pisakan dari pada-nya.  Ibarat satu anggota Tubuh yang terdiri dari mata, telingga, hidung, tangan, kaki dan lain Sebagainya.  Sepertinya  Tangan kita terpotong oleh pisau atau suatu benda, maka Yang akan merasa sakit adalah satu anggota Tubuh itu, yaitu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
 Demikian pula dengan jiwa seorang pemimpin di negeri Ini harus merasakan keluhan, kelemahan, kekurangan dan harapan-harapan dari akar rumput negeri ini dan tinggal bersama mereka. Agar dia benar-benar memahami dan  mengetahui penderitaan rakyat-nya. Pemimpin di negeri harus benar-benar melihat dan mengutamakan kebutuhan akar rumput serta daerah dan paling tidak harus memahami berdirinya sebuah kabupaten. Tujuan didirikan sebuah kabupaten adalah untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya.
Untuk melindungi dan mensejahterakan rakyat dalam kabupaten bukan hal yang mudah, semudah membalik telapak tangan langsung jadi.  Namun di butuhkan proses dan Sumber Daya Manusia  (SDM) negeri Ini. Melalui Sumber Daya Manusia itulah, akan melihat, bekerja serta melayani  akar rumput di sekitarnya  menuju ke suatu perubahan.  Untuk menciptakan sumber daya manusia itu tentu  ada sponsor dari orang tua terlebih pemerintah setempat.
Untuk membiayai dan memfasilitasi anak-anak sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi serta membiayai dan memfasilitasi anak-anak gelandangan untuk mengikuti latihan bongkar pasang mobil, motor, sensor dan lain-lain atau yang sering di sebut dengan Balai Latihan Keja (BLK).
 Untuk melakukan hal-hal ini tentu tidak mudah, namun dibutuhkan kejujuran, kesetiaan, kebijaksanaan, ketaatan, keberanian dan  ketenagan serta saling menerima dan menghargai antara atasan dengan bawaan dan bawaan dan atasan. “Pemimpin yang baik berawal dari bawaan yang Baik dan Bijaksana serta Sonowi yang baik berawal dari Kogome yang baik dan Bijaksana”.
 Oleh sebab itu marilah kita memilih orang yang benar-benar akan membangun daerah dan mensejahterakan masyarakat dari mbulu-mbulu hingga magataga tanpa melihat kepentingan tertentu.” Jangan mengatakan bahwa dia karena bapa saya atau kakak saya atau keluarga saya sehingga saya memilih dia untuk menjadi pemimpin di negeri ini”.  Sadar itu bukan tujuan, tetapi itu merupakan Ambisi. Ambisi itu baik apabila sesuai dengan jurusan-nya, artinya bahwa dia sudah terbiasa dengan jurusannya, sehingga apa yang dia kerjakan  merupakan hal yang biasa. Untuk itu marilah kami melihat secara baik dan benar. untuk benar-benar memilih pemimpin yang merasakan  penderitaan dan keluhan masyarakat Mbulumbulu hingga Magataga merupakan satu bagian yang tak dapat dipisah-pisahkan dari pemimpin di Intan Jaya....Semoga,.!!!

KORONOLOGIS PT.FREEPORT DI INTAN JAYA


  KOMUNITAS MAHASISWA INDEPENDEN SOMATUA INTAN JAYA
       (KOMISI)
      Sekretariat                         : Jalan kamwolker perumnas III – Waena – Jayapura – Papua
                                       Mobile Phone                   : 0821- 9885 – 0408/ 0821- 9778- 8806
==============================================================

KRONOLOGIS PT. FREEPORT DI INTAN JAYA MERUPAKAN PENIPUAN DAN  PEMBODOHAN YANG MENUJU PEMUSNAHAAN
---------------------------------------------------------------------------
 Intan jaya merupakan kabupaten pemekaran dari  kabupaten Pania pada tahun dua ribu delapan lalu. pada saat itu Sugapa, Hitalipa dan beberapa daerah lainya di Intan Jaya masih di atur oleh pemerintah daerah Kabupaten Paniai. Pada awal tahun 1989-1990 datanglah beberapa orang barat yang menamakan diri Tim Survei. Tim survei ini diantar oleh anak pekabaran Injil di Distrik Hitalipa, yakni Jani mala, panggilan yang akrab dipakai oleh masyarakat setempat, nama sebenarnya adalah John Cutts.
Mereka datang dari Timika menggunakan Helikopter milik Airfast, setelah tibah di pos misionaris Kingmi Distrik Hitalipa mereka melanjutkan perjalanan ke Sungai Hiyabu yang letaknya tidak jau dari Pos misionaris tersebut. Setelah tibah di sungai tersebut mereka mengambil sampel berupa pasir, air dan batu-batuan dari sungai tersebut. setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke muarah sungai Hiyabu dan Dogabu lalu melanjutkan perjalanan ke muara sungai Wayabu dan Wabu dan melanjutkan perjalanan ke beberapa anak sungai dari kali Wabu. Mereka mengambil semua sampel dari sungai-sungai tersebut  berupa pasir, air dan  batu- batuan.
Di sungai wabu John Cutts sempat bertemu dengan sala satu warga setempat, yakni Stevanus Sondegau di Wandoga, yaitu di Wonemiggi talipa atau kali wonemiggi. John dan teman-temanyan terus melanjutkan perjalanannya ke muara sungai Tigabu dan mengambil sampel pasir,air dan batu-batuan lalu mendulang pasir. Saat itu John sempat bertemu dengan sala satu warga setempat, yakni Ojegoa Tawa Mbole Belau, nama setempat atau Didimus Belau. Didimus Belau merupakan warga Desa Bilogae Distrik Sugapa yang hari-harinya berladang Ubi, Keladi dan tanaman lainnya disepanjang sunagai Tigitalipa. Seperti biasanya John Cutts menggunakan bahasa setempat, yakni bahasa Moni, ia memberikan Informasi kepada Didimus mengenai kegiatan yang di jalaninya saat itu.
Kata John Cutts kepada Didimus dalam bahasa Moni “ A me,..mepao,..mendaga kaneta taliago kaya, Hitalipagemaya tali ne,..du ne,..homa ne,.. inigiao dia digio,. usua  naga ndogo- Timika ge inua noa nggaga  inuapa dutima dia diggiyo,.data kapage go wabu ge dega-dega data homeyo pialiggiyo dipage go Timika puapaya tutur John” artinya: mepa saya ikut orang-orang ini jalan ambil air, batu dan pasir dari Hitalipa untuk dilihat dalam laboratoriumTimika.
 Dari sini kami akan melanjutkan perjalanan mengikuti hulu sungai Wabu lalu ke Distrik Homeyo dan selanjutnya kami akan ke Timika. John Cutts yang selalu di sapa masyarakat setempat Jani Mala bersama rombongan Tim Survei menuju Distrik Homeyo.
Setelah beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 28 september 1991 John Cutts mewakili PT. Freeport berkunjung yang kedua kalinya ke Sugapa Intan Jaya. Tujuan John Cutts adalah untuk bertemu dengan kepala Distrik Sugapa dan Para kepala suku untuk menyampaikan kegiatan PT. Freeport yang akan beroperasi  di Distrik Sugapa dan Beberapa Distrik lainya di Intan Jaya.
Di saat itu pertemuan diadakan  di kantor Camat Sugapa dan dihadiri oleh Hombore B. A selaku kepala Camat Sugapa saat itu dan unsur Tripika Kecamatan serta beberapa tokoh masyarakat pemilik ulayat ikut hadir dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh John Cutts di kantor tersebut. 
Tokoh- tokoh masyarakat Moni pemilik ulayat yang hadir dalam pertemuan itu antara lain: Paulus Japugau, Yuliu Sani, Adolof Belau, Oktopianus Sondegau, Samuel Japugau, Andreas Tipagau, dan Bony Sondegu dan beberapa tokoh lainya, setelah mereka mendengar penjelasan dari John Cutts tokoh-tokoh  masyarakat malah bingung dan tidak mengerti tujuan John untuk melakukan Eksplorasi (Survei) di daerah mereka, sehingga masyarakat langsung pulang kerumah mereka “tanpa menyepakati atau menyetujui” keinginan John Cutts untuk melakukan eksplorasi di daerah mereka. 
            John Cutts memanfaatkan keterbatasan pengetahuan dan ketertinggalan masyarakat Intan Jaya  dan memasukan PT. Freeport dengan inisiatif sendiri tanpa melakukan “Perjanjian Kerja Sama / MOU ” dengan masyarakat pemilik ulayat. Walaupun “Perjanjian Kerja Sama / MOU ” belum dibuat, namun John Cutts tetap memaksakan keinginananya dengan mendatangkan PT. Freeport beroperasi di Sugapa dan beberapa tempat lainya di Intan Jaya. Cara John Cutts Ibarat perampok dan Pencuri di Siang Hari.
Cara John Cutts ini menjadi kesempatan bagi PT. Freeport untuk melakukan Eksplorasi di Sugapa, Hitalipa dan beberapa Distrik lainya di Intan Jaya, sehingga masyarakat tinggal menerima apa adanya lalu masyarakat hanya “mengusulkan kepada PT. Freeport tanpa tertulis” memperbolehkan melakukan aktifitas Eksplorasi, tetapi sebagai ganti rugi pepohonan yang ditebang  oleh PT. Freeport untuk helipad, drillpad, material pad dan lain- lain harus menerima masyarakat setempat sebagai karyawan  di sugapa saat itu, tutur sala satu tokoh masyarakat  pemilik ulayat  yang dipercayai di kampung itu.
Begitu menerima beberapa pemuda dari kampung sebagai karyawan lokal untuk bekerja sebagai karyawan PT. Freeport  di Sugapa, namun mereka mengalami banyak hambatan. Meraka tidak tau apa yang harus mereka buat.
Setiap pagi pukul 04. 30 subuh mereka sudah harus menyiapkan bahan dan alat untuk membangun base camp, membongkar tanah dan karyawan lainya naik turun ke hutan tempat dimana akan dibangun  Halipad, Drillpad, Materialpad dan Landing site. Hari berganti- hari minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan  karyawan lokal menerima upah mereka dalam jumlah yang sangat kecil.
Helikopter yang di sewa untuk  eksplorasipun pergi pulang Timika tanpa henti-hentinya untuk mengantar  makanan para karyawan lokal di sugapa Intan Jaya. Begitu Eksplorasi di sugapa mulai Tumbuh . Camp Manager PT. Freeport menerima TNI/POLRI yang saat itu bertugas di kecamatan Sugapa untuk mengamankan situasi  setempat.
Untuk membangun camp tentu perusahaan membutukan bahan bangunan, sehingga perusahan meminta masyarakat setempat untuk menyiapkan papan dan kayu buah dengan perjanjian akan dibayar,yaitu papan runcing, dengan harga RP. 15.000;- perlembar, kayu buah yang besar RP. 10.000;- dan kayu Buah sedang sebesar RP. 5.000;- perbuah. Mendengar informasi itu masyarakat setempat menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
Namun sangat disedihkan, bagi masyarakat setempat karena dalam pembayaran bahan-bahan lokal yang disiapkan masyarakat dibayar tidak sesuai dengan perjanjian yang sudah ditetapkan oleh PT. Freeport, malah harus ditawar lagi menjadi harga yang paling rendah dan dibelinya. Dalam transaksi tersebut masyarakat ada yang protes, maka akan berhadapan dengan TNI/POLRI untuk mengamankan masyarakat. Apabila ada masyarakat yang masih protes, maka persoalan tersebut akan diproses oleh TNI/POLRI yang bertugas disitu, apabila ada yang masih protes dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, maka TNI/POLRI akan memukul warga setempat tanpa segan-segan sampai muka masyarakat babak belur, seperti salah satu warga setempat yang protes, yakni Linus Sondegau, namun sayangnya dia dipukul sampai babak belur dan terjadilah perkelahian masal antara TNI/PORI dan karyawan lokal.
 Melihat hal itu masyarakat setempat tak kuasa untuk melalkukan protes lagi terhadap penipuan yang dilakukan oleh PT. Freeport di Sugapa Intan Jaya.   Sedangkan John Cutts entah kemana perginya, setelah dia mendatangkan orang-orang yang tidak tau kasih itu. Karyawan lokal hanya menerima semua itu dengan berkepala dingin, karena mereka belum siap menjadi karyawan. Masyarakat setempat yang diterima sebagai Tim Hoist banyak yang jatu dari hilikopter, karena belum dibekali pengetahuan tentang keselamatan kerja.
Beberapa karyawan lokal jatuh dari hilikopter saat terjun dari udara dengan tali pengikat, seperti sala satu karyawan  yang tersangkut dipohon yang letaknya dipundak gunung Wabu-Sugapa.

 Karyawan itu tidak tertolong namun untungnya helikopter melepaskan tali pengikat, sehingga karyawan yang bernama Didimus Japugau tersangkut di atas dahan pohon. Kebun-kebun masyarakat setempat rusak ulah dari angin hilikopter saat mendarat membawa alat-alat perusahaan ke lokasi kerja. Pemilik kebun menuntut agar membayar semua kebun yang dirusakan oleh helikopter milik PT. Freeport, namun apa boleh buat karena prosesnya diahlikan ke pihak TNI/POLRI di Kecamatan Sugapa saat itu. Sehingga masyarakat menerima semua ketidakadilan itu dengan lapang dada. 
Kegiatan Eksplorasi dilakukan di tempat-tempat sasaran masyarakat, seperti tempat berburuh, tempat mencari rotan, tempat mencari kayu, maupun tempat berkebun. Base Camp Bilagae- Sugapa dijaga ketat oleh TNI/POLRI dan melarang masyarakat berkeliaran siang dan malam hari di base camp. Babi masyarakat desa Bilogae diburuh 2- 3 ekor oleh keamanan yang menjaga base camp tanpa memberitahu kepala desa bilogae terlebi dulu, separuh daging diminta begitu saja  oleh anggota, kata mereka mengganti peluruh yang hilang, sehingga mau-tidak mau pemilik babi menerima semua itu dengan lapang dada, karena takut dipukul atau tembak oleh aparat.
Malam hari base camp bilogae (Wabu) memanfaatkan kesempatan untuk membawa gadis- gadis kampung yang masih dibawah umur lalu melakukan hubungan setubuh selayaknya suami istri, bahkan beberapa istri orang diperlakukan hal yang sama. Dilain kesempatan karyawan lokal diajar bermain judi dan hal-hal negatif  lainya. Apabila karyawan lokal ingin mengunjungi kelurgannya yang sakit malah dibentuk,  Ayo kerja atau mau kelur, inilah julukan untuk para karyawan lokal di Wabu Intan Jaya.
PT. Freeport masuk Eksplorasi dengan sebebas-bebasnya di atas Tanah, Hutan dan Sungai di Wabu Intan Jaya ibarat Tanah dan Hutan Tanpa Tuan atau dalam bahasa Engros Tobati mengatakan “ Land and Forest Without a Master”. Ganti rugi Flora dan Fauna sampai detik ini belum dibayar kepada Masyarakat Pemilik Ulayat.  Akibat PT, Freeport merusak Alam dimana tempat-tempat perlindungan bagi hewan, tumbuhan dan tanaman masyarakat setempat, maka semua makluk yang menghuni didalamnya mengungsi ketempat-tempat yang dapat hidup lebih baik dan aman. Begitulah kisah PT. Freeport yang masuk wilayah Kabupaten Intan Jaya dan meng-Anggap Alam intan Jaya tidak mempunyai “Tuan” sehingga PT. Freeport melakuan semua kegiatan Eksplorasi semua-nya dan seenak-nya.
 Di bawa ini press Ralease Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya (KOMISI)








PRESS RELEASE

PT. FREEPORT DI INTAN JAYA ANTARA ANCAMAN DAN PEMUSNAHAAN


Masyarakat Mbulu- mbulu hingga Anepone- Sanepone mengantungkan hidup mereka pada sungai wabu, kemabu, mbiabu maupun sungai-sungai kecil lainya di Intan Jaya dan juga masyarakat pada umumnya bermukim dipinggiran sungai-sungai ini namun sampai saat ini PT. Freeport terus melakukan eksplorasinya tanpa memperhatikan kerusakan lingkungan maupun ganti rugi segala kerusakan alam.

Kondisi kabupaten intan jaya sangat tidak memungkinkan untuk PT. Freeport beroperasi, karena semua kehidupan masyarakat intan jaya menggantungkan hidup mereka pada sungai-sungai ini. Apabila PT. Freeport masih melanjutkan eksplorasi dan masuk pada tahap eksploitasi, maka masyarakat Intan Jaya akan musnah dari bumi intan jaya, karena limbah akan dilarikan kemuara beberapa sungai ini.
 Perjanjian kerja sama sudah dilakukan atas kesepakatan President Director Chief Executive Officer Armando Mahler  dengan mensosialisasikan Rencana kegiatan PT. Freeport  pada tahun 2011 - 2012, dihadapan Bupati Intan Jaya, Kepala Dinas Pertambangan Provinsi, DPRD Kabupaten Intan Jaya, Kepala Dinas Pertambangan Kabupaten Intan Jaya, tokoh masyarakat suku  Moni, serta beberapa staff pemerintah daerah Kabupaten Intan Jaya di Jayapura pada tanggal 9 Februari 2011.
 Sebagai dokumen pendukung, Armando Mahler  lampirkan surat dukungan dari Bupati Intan Jaya untuk PT. Freeport  atas program yang dimaksud serta surat dukungan dari Lembaga Adat Daerah Intan Jaya, Laporan Rencana Kerja dan Biaya 2011 merupakan bukti keseriusan Armando untuk melanjutkan kegiatan pencarian mineral baru dalam Propinsi Papua dan khususnya Intan Jaya.
   PT. Freeport  berencana untuk terus melaksanakan aktivitas lapangan dari tanggal 27 Februari 2011 sampai dengan 26 Februari 2012.  PT.Freeport  dapat meneruskan kegiatan eksplorasinya dengan  mendapatkan surat dukungan dari Pemerintah Provinsi Papua, Dinas Pertambangan dan Energi melalui surat persetujuan No 540/528 tanggal 4 Desember 2009. Dengan surat ini PT. Freeport mengajukan Permohonan Surat Dukungan untuk kegiatan eksplorasi dan perpanjangan periode Studi Kelayakan atas Wilayah Kontrak Karya PT. Freeport Blok B  sampai dengan 26 Februari 2012.
  perjanjian kerja sama ini dibuat sepihak oleh  oknum pejabat, masyarakat tertentu dan Anak pekabaran Injil di Hitalipa John Cutts yang mencari kepentingan sehingga masyarakat intan jaya dari mbulu-mbulu hingga anepone- sanepone meminta kepada pemda Intan jaya, Armando Mahler sebagai President Director Chief Executive Officer dan John Cutt untuk datang duduk bersama semua unsur dan komponen masyarakat intan jaya untuk membuat perjanjian kerja sama ulang,
karena masyarakat intan jaya pada umumnya sudah belajar dari pengalaman PT. Freeport yang telah menelan ribuan nyawa manusia yang tidak berdosa.

 Sehingga jangan ada pihak- pihak yang memanfaatkan keterbatasan pengetahuan masyarakat intan jaya untuk kepentingan satu dua orang yang akhirnya menelan ribuan umat Tuhan yang tidak bersalah dan tidak berdosa, Tegas ketua komunitas mahasiswa independen somatua intan jaya Misael Maisini. Dibawa ini pernyataan sikap kami yang bergabung dalam komunitas mahasiswa independen somatua intan jaya (komis):


Pernyataan Sikap
===================
Nomor: 02-PS/KOMISI/VII/2011

Dunia sudah tau bahkan Alam raya Papuapun menjadi Saksi bahwa; teror peluruh berdarah yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata di areal pertambangan PT. Freeport merupakan rangkaian peristiwa rekayasa belaka. Dan itu bukan pertama kalinya, karena aksi penindasan, kekerasan pertumpahan darah selalu melekat dalam sejarah keberadaan PT. Freeport Mc Moran Gold & Copper pada tanggal 07 April 1967 di Timika Papua, merupakan lagu lama yang masih terus dinyanyikan kembali oleh kaki tangan Negara (TNI dan POLRI).
Lagu lama ini terus menerus dikumandangkan hanya untuk mencapai kepentingan ekonomi dan politik semata. Demi menaikan pangkat, demi menaikan jabatan, demi mendapatkan dana operasi militer, maka lagu lama ini terus berdentang di Tanah Papua yang ujung-ujungnya mengorbakan rakyat sipil yang tidak berdosa.
 semua kejahatan kemanusiaan itu di timbulkan dari Perusahan PT. Freeport di Timika, Bagai siapa saja yang melawan atau menuntut hak ulayat mereka  dicap sebagai Organisasi Papua Merdeka  (OPM) atau Gerakan Pengacau  Keamanan (GPK) sehingga harus ditembak mati Ibarat Binatang Buas. Ini memang cara-cara neo-kolonial yang selalu dipraktekan dibelahan dunia mana saja.  Guna menipu, merampas, menguras, memecah-belakan dan memusnahkan masyarakat pribumi dari tanah leluhur-nya yang Tuhan berikan.

Kontak senjata antara TPN dan Aparat Keamanan Indonesia (TNI-POLRI) terjadi berualang kali, namun dalam pelbagai rentetan peristiwa kontak senjata, tampil orang tak dikenal-alias OTK. Tentu OTK itu diadakan hanya untuk menciptakan lahan bisnis dan lahan menaikan pangkat serta jabatan bagi aparat keamanan, karena tunjungan gaji bagi TNI lebih rendah dibanding POLRI, dan alasan usaha perbisnisan lainnya.

yang jelas-jelas masyarakat di Kabupaten Intan Jaya akan punah dan tinggallah sejarah bahwa di Intan Jaya pernah hidup beberapa suku bangsa yang mendiami bumi Intan Jaya, karena masyarakat Intan Jaya pada umumnya “meng-Gantungkan hidup mereka pada sungai Wabu, Kemabu, Mbiabu dan sungai-sungai  lainnya di Intan Jaya”. 

Apabilah perusahaan PT. Freeport “dipaksakan, maka yang jelas limba akan dibuang kesungai Wabu, kemabu, Mbiabu dan sungai-sungai lainnya di Intan Jaya dan ditambah dengan “penguasaian  tanah” dari orang pendatang serta Penembakan secara membabibuta oleh TNI/POLRI terhadap masyarakat Intan Jaya dengan alasan  pengamanan obyek vital yang akan berakibat pada pembasmian masyarakat intan jaya secara sistematis dan otomatis yang menuju kepemusnaan etnis secara pelan tapi pasti.

Maka (Komisi )menyatakan dengan tegas bahwa:

1.        John Cutt dan seluruh keluarganya segerah pindah dari bumi Intan Jaya untuk selamanya dan jangan pernah bermimpi untuk datang ke Intan Jaya lagi.
2.      Masyarakat Kabupaten Intan Jaya minta PT. Freeport segerah ganti rugi segala kerusakan flora dan fauna Intan Jaya.
3.      Pemerintah Kabupaten Intan Jaya segerah melakukan perjanjian kerja sama yang teransparan dan bijaksana terhadap masyarakat intan jaya dalam waktu beberapa bulan kedepan.

 Demikian pernyataan sikap ini kami buat dengan sesunguhnya untuk dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait demi menyelamatkan dan melindunggi umat TUHAN di wilayah Intan Jaya dari bahaya Binatang Buas (PT. freeport), yang akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat Intan Jaya.


                                                                                                      Jayapura, Kamis 23 Juli 2011




“ORA ET LABORA”

“APA YANG ENGKAU TABUR KINI, ENGKAU AKAN MENUAINYA”




(Ketua Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya)
(KOMISI)








MISAEL MAISINI