Oleh: Natalius Pigai
(Teori out of Africa dan Hasil uji genetika DNA Mitokondria oleh Max Ingman
di USA membuktikan bahwa gen manusia modern (kita) tidak bercampur dengan gen
spesies manusia kuno, penduduk asli nusantara. Jadi manusia Indonesia adalah
orang-orang rantau yang sedang bingung di simpang jalan ).
Kebhinekaa bangsa saat ini berada di titik nadir, bangunan sosial terancam
pecah karena ketidakharmonisan dan fragmentasi antar horisontal juga vertikal.
Rasisme, Diskriminasi, kekerasan verbal yg didorong atas rasa kebencian Suku,
Agama, Ras dan Antar Golongan. Islam, China, Kristen, kafir, pendatang dan
pribumi adalah kosa kata yang saban hari menghiasi media sosial dan juga dalam
komunikasi interpersonal.
Berkali-kali baik di TV, Koran, Seminar, juga berbagai tempat telah kaum
pluralis katakan bahwa kebinekaan bangsa Indonesia adalah suatu wahyu, sabda,
titah yang tertulis sebagai adagium persatauan dan kesatuan, kebinekaan bangsa
sdh final dan mengikat sanubari tiap orang, menjamurnya beraneka etnik, ras,
budaya harus diterima sebagai kondisi kekinian, realitas bangsa bahkan
keanekaragaman adalah suatu niscahya.
Kita terlalu terjebak dalam sektarianisme, eksklusivisme yang naif dan
bahkan chauvinistik seakan akan sebagai pemilik negeri ini, klaim diri sebagai
pahlawan, sedangkan suku Cina, Arab, India bukan pejuang dan pahlawan.
Barangkali tidak lupa bahwa perjuangan bangsa indonesia dilakukan secara
sporadis, berjuang sendiri2 di wilayahnya masing-masing dengan tujuan mengusir
penjajah. Diponegoro tidak pernah memimpin perang dari sabang sampai merauke,
tapi hanya wilayah Jawa Tengah, Laksamana Malahayati berjuang hanya di Aceh,
Sisingamangaraja berjuang di Tanah Batak, demikian pula pahlawan Patimura hanya
di Ambon dll.
Jasmerah, jangan sekali-kali lupa sejarah bahwa kemerdekaan Indonesia juga
diperjuangkan orang-orang yang saat ini kita sebut sebagai pendatang,
kemerdekaan ini juga diraih karena adanya kontribusi 7 orang pahlawan keturunan
china; Jhon Lie, Koen Hian anggota BPUPKI dll, keturunan Arab; Baswedan dll,
bahkan juga keturunan barat Belanda yang kita sebut penjajah seperti "Ijon
Jambi" tokoh kopasus. Pahlawan besar beragama Katolik di Jawa Tengah tidak
bisa diragukan lagi, nama-nama besar seperti Jos Sudarso, Adi Sutjipto, Adi
Marmo, Slamet Riyadi, I.J Kasimo, dll. Kalau demikian apakah kita harus
menafikan nama dan peran mereka dalam eksistensi Republik ini?
Persoalan Pendatang dan Pribumi, Mayoritas dan Minoritas tidak perlu
terfragmentasi secara tajam karena kita semua di nusantara ini adalah bangsa
pendatang, dimasa lalu nusantara hanya dihuni oleh Homo Soloensis, Homo
Wajakensis, Homo Phitecantropus Erektus, homo Floresiensis yang akhirnya
diketahui sebagai manusia Ebugogo.
Mereka adalah manusia pigmeus atau pigmen
yang merupakan manusia modern pemilik bumi nusantara telah punah di masa
lampau, termsuk juga yang punah bersamaan dengan adanya jaman pleistosen jaman
es yang membelai Sumatera dan semenanjung Malaya, Nusa Jawa, Bali, lombok, Nusa
Nipa sampai di Timur Timor, Sulawesi dan Kalimantan, Papua dan Australia. Pada
jaman itu pulalah penduduk pribumi yang menghuni bumi nusantara ikut punah.
Karena itu, mereka bukan keturunan atau nenek moyang orang Indonesia jika
merujuk pada asal-usul manusia lewat DNA mitokondria, Max Ingman, doktor
genetik asal Amerika Serikat dalam tulisan bertajuk “Mitochondrial DNA
Clarifies Human Evolution” pernah mengungkapkan, bahwa Gen manusia modern ini
tidak bercampur dengan gen spesies manusia kuno.
Kita semua bangsa pendatang, bukan bangsa asli, Negeri ini Negeri Indonesia
dihuni oleh bangsa-bangsa pendatang (imigran) yang berisi gugusan pulau-pulau
yang jumlahnya 17 ribu secara beraneka ragam.
negeri ini tidak ada penduduk
pribumi. Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi adalah bangsa Proto Melayu dan
Deutero Melayu yang berasal dari bangsa Mongoloid asal muasal dari Juan di
China yang menelusuri melalui indochina atau Austro Asiatik, memasuki kawasan
selatan, baik melalui Teluk Benggali, juga Laut China Selatan serta melalui
jalan darat yaitu Jala, Patani, Naratiwat dan masuk ke semenanjung Malaya.
Lintas barat memasuki Penang sampai Malaka menyeberang selat Malaka masuk ke
Sumatera dan yang ke arah selatan memasuki pulau Jawa, Kalimantan dan ke timur
menuju Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Bangsa Aceh di sebelah barat adalah suku Lamno keturunan Eropa bermata biru,
Aceh Pidie dan Aceh Besar keturunan Tamil dan keling India serta suku Benggali,
sebagian keturunan Arab.
Bangsa Proto Melayu atau Melayu tua di Indonesia seperti suku Batak, suku
Sakai, suku Anak Dalam di Sumsel, Jambi dan Riau, suku Dayak di Kalimantan,
suku Badui di Jawa barat, suku Bali Age di Bali, suku Sasak di Lombok, suku
Toraja dan Suku Bugis di Sulawesi serta sebagian besar suku lainnya seperti
Melayu Deli, Riau, Minang, Jawa, Bali Mojo dll adalah bangsa Melayu Muda atau
Deutero Melayu.
NTT dan Maluku masih termasuk bangsa Melayu, bahasa Maluku adalah bahasa
Melayu, Jawa dan Bugis, Maluku Utara adalah keturunan Arab, Manggarai NTT orang
Makasar serta keturunan Bima di pinggiran atau pesisir, namun 70 persen lebih
adalah dari suku Minangkabau. Bajawa keturunan India, Ende orang Arab, Sikka
Portugis. Orang Rote, Sabu, Raijua dan Sumba adalah Arab campur India, jaman
dulu disebut India Belakang.
Bahasa Flores Timur adalah bahasa Melayu Kuno, Maluku Utara memang sebagian
keturunan Polinesia bukan Melanesia seperti Nuku, Pasifik ada juga sebutan Nuku
Alofa, namun jumlahnya sedikit. Ada ikatan yg kuat antara kerajaan-kerajaan
nusantara dengan Maluku, khususnya Ternate dan Tidore. Radja Boawae di Ngada
adalah keturunan India, Budaya tenun di Sumatera, Jawa dan NTT adalah budaya
India.
Secara antropologi ragawi, sampai hari ini hanya membuktikan bahwa Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan NTT adalah suku bangsa yang masuk
kategori Ras Mongoloid, yang asal muasal dari Juan di China menyebar ke selatan
bertemu bangsa Sino Tibetian atau di kenal sebagai bangsa Austro Asiatik
menyusuri pantai barat semenanjung Malaka, masuk ke Sumatera, Jawa dan Nusa
Tenggara. Sebutan Austro artinya Selatan, Mongoloid adalah sebutan bangsa
sehingga menjustifikasi sebagai bangsa Mongoloid yg tinggal di bagian selatan
Asia Tenggara. Kecuali Bangsa Papua yang tidak termasuk Ras Mongoloid tetapi
Ras Melanesoid yaitu sebuah Ras yang mendiami kepulauan Pasifik Selatan yang
disebut "Aquatic Zone).
Pembagian flora dan fauna oleh Wallace yang membagi 2 bagian yang ditandai oleh
Garis Wallace yang melintasi Kalimantan, Sulawesi, Ngada di Flores dan Sumba
tidak membagi rumpun etnik tapi hanya flora dan fauna.
Kalau mau membuktikan sebuah rumpun bangsa maka ada beberapa indikator yang
harus di lihat:
1. Aspek antropologi ragawi
Secara Antropologi ragawi, feno tipus, ciri-ciri ragawi : Di Indonesia tes
DNA Mitokondria dipakai untuk melacak jejak gen manusia dan Lembaga Biologi
Molekuler Eijkman, Jakarta, Juni 2001 Wuryantari dalam tesis berjudul Haplotipe
DNA Mitokondria Manusia Prasejarah Jawa dan Bali, ternyata, manusia prasejarah
dari dua situs itu merupakan keturunan ras Asia atau Mongoloid dengan ciri
Polinesia.
Hal ini hanya menunjuk Orang Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Selawesi, NTT dan Maluku dan Namun Papua tidak termasuk. ciri-ciri ragawi Orang
Melayu Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi bergelombang dan ikal, sama
seperti yang kita temukan di Semenanjuang Malaya, Thai, Vietkong, Sino
Thibetian juga orang Juan Thibet dan Monggol. Untuk suku-suku di Indonesia
Timur oleh Wallace dalam ras manusia dijelaskan bahwa orang Maluku adalah
Melayu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo serta pulau Buru , berbahasa
kombinasi Jawa dan Bugis, sedangkan orang pulau Obi, Bacan dan semenanjung
Jailolo tidak memiliki penduduk asli, semenanjung Jailolo utara suku Alfuru
dari Sahu dan Galela, mereka bukan ras Melayu juga bukan ras Melanesia,
berwajah seperti orang Papua dikelilingi bulu2, namun kulit mereka seperti
orang Melayu artinya mereka bangsa Melayu Polinesia. sedangkan Papua adalah
bangsa Melanesoid, Melanesia. Pada tahun 1832 seorang perancis yang bernama
Jules Dumont d'Urville yang menjajah pulau-pulau kecil ditepian Samudra Pasifik
menyebut sebuah kelompok etnis dan pengelompokan pulau2 yang berbeda dari
Polinesia dan Mikronesia dengan sebutan ras Melanesia istilah yang diambil dari
bahasa Yunani, Melano-nesos "nusa-hitam" atau "kepulauan
hitam". Menyatakan berdasarkan ciri fisik dari etnis tersebut karena
berambut keriting dan kulit hitam.
2. Antropologi lingguistik.
Antropologi lingguistik yaitu adanya kesamaan bahasa; Bahasa yang digunakan
di Sumatera, Jawa, Kalimantan juga Sulawesi adalah Bahasa Melayu yang berinduk
pada bahasa Sansekerta India dan di kombinasikan dengan bahasa-bahasa daerah
yang dianut yang mencapai 800 bahasa. Bahasa Aceh adalah kombinasi dari bahasa
Arab, India dan Melayu, Bahasa Minang kombinasi bahasa Melayu, orang Deli,
Riau, Jambi, Palembang hingga Bengkulu adalah berbahasa dan berdialek Melayu,
demikian pula Bahasa Sunda dan Jawa serta Bali yang kombinasi tiga bahasa
Sansekerta, Kawi dan Melayu.
Kalimantan Barat berbahasa Melayu Dayak, Kalimantan Tengah berbahasa Melayu,
Dayak, Jawa dan Madura, Kalimantan Selatan berbahasa Banjar dan Jawa,
Kalimantan Timur Bahasa Dayak, Jawa, Bugis dan Makasar. Demikian pula pulau
Sulawesi bagian selatan berbahasa Bugis, makasar dan Buton yang dipengaruhi
oleh kerajaan Goa dan Talo.
Sedangkan Sulawesi Utara dan Gorontalo berbahasa
dan berdialek Tagalok dari Mindanao serta kejaraan Sulu di Philipina Selatan.
Manggarai di NTT sedikit mirip ke bahasa Bugis dan Makasar (kraeng) Minang,
Flores Timur adalah Melayu tua, Rote Sabu sedikit bahasa India dan sebagian
besar dipengaruhi oleh kawi (jawi), juga Melayu pada umumnya kecuali di timor
berbahasa Tetun dan Porto seperti di Belu, Melaka, Kefa dan Soe. Sedangkan
Maluku secara keseluruhan di pengaruhi bahasa Melayu, contoh, kata beta, paci,
maci itu panggilan akrab Melayu yg sering digunakan oleh orang Malaysia, Jala,
Patani maupun Naratiwat di Semenanjung Malaya. Tidak dapat dipungkiri bahwa
banyak pula orang keturunan Kepulauan Formosa yg menyebar sampai di selatan
termasuk suku bangsa Moro dan Sanger, Talaut, pulau Halmahera dan sebagian juga
menggunakan bahasa Tagalok. Ada kesamaan signifikan antara Jolo, Mindanao, dan Maluku
Utara sama2 agama islam.
3. Antropologi Budaya.
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan NTT dikenal budaya tenun, bangsa
berbudaya tenun di dunia adalah bangsa India, hindustan menyebar ketimur
melalui teluk Benggali memasuki kepulauan nusantara, kecuali orang Papua
Melanesia tidak mengenal tenun, orang Meibrat di Sorong justeru tenun atau kain
Timor menjadi mahal karena diimport dan dianggap barang langkah bukan produk
asli. Demikian juga tenun Maluku, berbudaya siri dan Pinang tidak bisa dijadikan
dasar karena orang Jawa dan Melayu justru makan Sirih dan Pinang bahkan Sirih
dan Pinang merupakan budaya hidup orang-orang pesisir pantai baik Jawa, maupun
di Timur. Demikian pula Berbudaya makan Sagu sebagaimana di Maluku dan di Papua
juga kita temukan di pada suku Tolaki di Kendari Sulawesi Tenggara yang mereka
sebut "Sinonggi". Demikian pula budaya Sagu juga kita temukan pada
masyarakat Melayu di Kepulauan Meranti di Selat Panjang Riau.
Budaya bernyanyi di Sumatera terbagi 2 bagian yakni; bernyanyi secara keras
dengan musik keras seperti Batak dan Nias lebih banyak dipengaruhi oleh
lagu-lagu modern Eropa non lagu rohani, sementara Aceh, Minang dan Malayu cara
bernyanyi dan gaya busana mirip India dan China khususnya Chino Thibetian,
demikian pula di pulau Jawa Bali, Sulawesi dan Kalimantan bernyanyi dengan
menampilkan kemolekan tubuh wanita dan lelaki bersenjata sabit atau badik
berinduk pada budaya India. Bernyanyi yang sama kita jumpai pada masyarakat
Vietnam, Laos, Kamboja juga Thailand. Bernyanyi dalam bangsa Melanesia adalah
suatu ritus maka dikenal juga elegi bernyanyi kisah sedih tidak seperti Maluku
dan NTT lebih untuk mengungkapkan kegembiraan. Bangsa Melanesia tidak mengenal
budaya Kapak dan Parang, Tembikar, berbeda dengan Pedang di Maluku, dan NTT,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
4. Historiografi.
Jaman Timur Purba sebutan pulau Flores adalah Nusa Nipa, atau Nusa Nive,
sedangkan untuk Maluku dalam bahasa Sansekerta sebutannya Nusa Tutur artinya
pulau-pulau lainnya. Papua dan Melanesia adalah daerah terbayang (tera
incognita). Hal ini diperkuat dalam buku Negara Kertagama, karya Mpu Tantular
bahwa NTT dan Maluku masuk kedalam wilayah 8 kita lihat syair 14, bait ke 5:
"Inkang sakasanusan Makasar Butun Banggawi, Kuni Ggaliyao mwang i(ng)
Salaya Sumba Solot Muar muwah tikang i Wandan Ambwan athawa Maloko Ewaning ri
Sran in Timur makadi ning angeka nusatutur".
Sementara Wilayah 1 sampai ke 7 adalah dari Madagaskar sampai nusantara dan
utara Formosa. Berdasarkan penelusuran ilmiah ternyata Majapahit tidak pernah
menguasai seluruh wilayah nusantara tetapi Majapahit hanya memiliki hubungan
transaksi jual beli atau dagang dengan saudagar2 di nusantara. Hal ini
ditunjukkan dengan Artefak atau Tembikar dan barang-barang berharga yang
ditemukan di bekas kerajaan Majapahit karena kerajaan Majapahit bukan asli
nusantara tetapi datang dari India dan kerajaan bercirikan hindu. Papua dan
Melanesia hanya daerah terbayang (Terra incognita).
Di Jaman modern pun Sumatera dipengaruhi oleh Arab, India dan Belanda,
kecuali Bengkulu serta Kepulauan Meranti dan Tanjung Balai Karimum oleh
Kekuasan Ratu Inggris dibawah komando Jenderal Mauntbatten berpusat di
Singapura. Pulau Jawa daerah pendudukan Belanda, Arab dan India, demikian pula
NTB oleh Arab dan Bugis.
Pesisir Utara Sumatera, Jawa dan pesisir Kalimantan
khususnya bandar-bandar adalah dihuni oleh orang2 China, kita lihat
bandar-bandar di pesisir bagian Timur Sumatra Medan, Tanjung Balai, Dumai,
Selat Panjangn, Bagansiapi api, Jambi, Palembang, Banten, Tangerang, Batavia
sampai ke Jawa Timur meskipun di pulau Jawa bagian utara ada kombinasi China,
Arab dan India . Pelayaran Laksamana Cheng ho membuktikan penetrasi China di
pesisir utara. NTT dipengaruhi bangsa Portugis banyak nama-nama dipengaruhi
Portugis contoh, Pereira, da gomes, da cunha, da silva, fernandes, di Sikka
maupun juga Flores Timur dan sebagian NTT bahkan orang-orang Lamaholot oleh
Gajah Mada disebut orang Solot (solor), atau Jaman purba atau bahasa Sansekerta
namanya Nusa Solot atau pulau air, dalam bahasa Lamaholot air adalah solot.
Oleh karena itu, manusia Indonesia adalah bangsa Pendatang dan
Multiminoritas penghuni gugusan pulau pulau nusantara. Tidak ada penduduk asli
dan Pendatang, Pribumi dan non Pribumi. orang minoritas bisa menjadi Presiden
RI, apalagi hanya gubernur. mari kita sudahi dikotomi asli dan pendatang,
pribumi dan non pribumi, tok tulisan ini telah membuktikan kita semua adalah :
Pendatang dan Orang Asli adalah Bangsa Pigmen atau Pigmeus yang telah punah.
Dan asal-usul manusia lewat DNA mitokondria, Max Ingman, doktor genetik juga
pernah mengungkapkan, bahwa Gen manusia modern ini tidak bercampur dengan gen
spesies manusia kuno jadi kita semua Pendatang.
*Natalius
Pigai, Staf Khusus Menteri Nakertrans 1999-2004, Dll. Pernah mengunjungi dan
memahami 33 Provinsi, 450 (75%) Kabupaten/Kota. Peneliti migrasi Penduduk di
Asia Tenggara, Malaysia, Singapura, Vietnam, Laos, Camboja, Thailand. Penulis
Buku Migrasi Tenaga Kerja Internasional, 2005. Anak Indonesia Teraniaya, Derita
Anak TKI di Malaysia dan Penulis " Dagang Manusia, Traficking di Asia
Tenggara dan Indonesia, Jurnal Widya Riset, LIPI, 2006. Penulis Buku "
Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik, 2000. Buku " Migrasi dan
Pembangunan, 2004.