Nama
Wasior mulai dikenal luas ketika Pdt. Izaac Samuel Kijne mendirikan Sekolah
Zending di Wondama pada 1925. Ia pindah dari Marsiman, tempat Injil masuk
pertama kali di Papua pada 5 Februari 1855. Tahun 1857 Ottow dan Geissler
membuka sekolah untuk mengajar anak-anak dan orang dewasa Papua tentang Injil
dan etika hidup sebagai orang Kristen. Pusatnya di rumah zending dan gereja.
Salah
satu yang paling dikenal di Wondama adalah Batu Peradaban yang diletakkan oleh
Pdt. I.S. Kijne dengan pesannya:
"Di
Atas Batu Ini, Saya Meletakkan Peradaban Orang Papua. Sekalipun Orang Memiliki
Kepandaian Tinggi, Akal Budi Dan Marifat Tetapi Tidak Dapat Memimpin Bangsa
Ini, Bangsa Ini Akan Bangkit Dan Memimpin Dirinya Sendiri” (Wasior, 25 Oktober
1925).
Pesan
religius Kijne selaku Bapak Peradaban orang Papua ini memiliki makna bahwa
orang Papua akan tampil sebagai pemimpin di atas tanahnya sendiri. Selain Batu
Peradaban, di Miei juga ada Batu Inspirasi. Menurut kepercayaan masyarakat
setempat, kalau orang naik ke atas batu dan melihat alam indah di Wondama, dari
situ muncul berbagai inspirasi untuk melakukan perubahan baru.
Rev
Izaak Samuel Kijne, Kepala Sekolah, yang juga menyusun teks lagu Hai Tanahku
Papua yang kini di pakai sebagai lagu negara Papua Barat.