Foto: Mepa |
Ciska
menjelaskan; saat mau sumbang uang yang ada padanya, Ciska mengatakan; walaupun
bapa-bapa tidak menghargai perempuan Migani, namun dirinya sebagai anggota MRP
dan juga dirinya sebagi keluarga dekat dengan pelaku perang, maka dirinya
menyumbang uang tersebut. Saat menaruh uang tersebut ada banyak masyarakat yang
menangis padahal suku migani tidak pernah hargai seorang perempuan dan selalu
mengatakan perempuan tidak bisa buat sesuatu (Migani; Minage Dua Hago
Kilindingga).
Lanjut
Ciska; perang ini timbul akibat harta perempuan di tahun 2005 lalu dan tokoh
atau pelaku perang juga masih ada dan turut menyelesaikan denda perang ini. ini
sangat unik, karena kebanyakan denda-denda perang selama beberapa tahun ini biasanya
pelakunya sudah meninggal lalu yang menyelesaikan denda itu keluarga pelaku,
sehingga dirinya menyaksikan dari awal proses sampai puncaknya tanggal 2
Februari 2015.
Lebih
lanjut Abugau menjelaskan; perang ini dari tahun 2005 dan diselesaikan tahun
2015, jadi ini baik, karena ada batas waktu yang di tentukan oleh kedua bela
pihak untuk penyelesaian denda perang ini. di sisi lain semua masyarakat
terlibat dan ikut ambil bagian dalam penyelesaian ini, namun jika di lihat dari
sisi pendidikan budaya ini “Amat Sangat” mematikan sumber daya manusia intan
jaya, untuk itu dirinya mengharapkan Gereja, Pemerintah kabupaten intan jaya, Intelektual,
Tokoh-tokoh agar di sosialisasikan kepada kepala-kepala suku dan masyarakat
intan jaya bahwa denda jangan terlalu lewat batas.