Kebaikan Kejelekan Dan Kasih


 
Foto: Migani
MIGANI- Tuhan menciptakan, menempatkan dan memberikan  gaya dan cara hidup setiap suku bangsa dengan sangat berbeda-beda antara satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya di bumi ini.  Tuhan Allah menciptakan dan menempatkan suku bangsa Migani di Tanah Migani dengan cara Tuhan Allah. Suku bangsa migani sangat unik dan sangat susuh dalam sisi hidup dan kehidupannya. Hal ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari suku migani itu sendiri. 

Suku migani suka cerita-cerita kejelekan dan kebaikan seseorang, entah tete, nene, mama, bapa, anak, perempuan dan laki-laki. Kejelekan seseorang akan dijelekan atau diejek (Migani; Bataya) sampai habis-habisan dan kebaikan seseorang juga akan dijelekan atau diejek-ejek sampai habis-habisan, jadi kebaikan maupun kejelekan sama-sama mendapat perlakuan yang sama, yaitu bataya. 

Bataya dalam bahasa Migani mempunyai pengertian Menguliti atau mengupas, jadi bataya merupakan menguliti atau mengupas kejelekan dan kebaikan dari seseorang.  Kejelekan dan kebaikan yang diejek (Migani; Bataya) itu mempunyai nilai tersendiri bagi orang yang meng-indahkan ejekan itu, sementara orang yang tidak meng-indahkan ejekan itu akan hanyut dalam ejekan itu dan akan mendatangkan bahaya bagi diri sendiri dan bahaya bagi diri orang lain. 

Dalam ejekan itu akan ada KASIH (Migani; Gane Au) kepada orang yang diejeknya, jadi (Migani, Bataya) itu biasanya ditutupi dengan KASIH (Migani; Gane Au), jadi orang migani mempunyai kebiasan tidak baik untuk meng-ejek sesamanya, namun dalam ejekan itu ada Kasih. 
KEBAIKAN menurut injil di Roma Pasal 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” 
Sementara KEJELAKAN atau EJEKAN menurut injil Amsal 11 : 12 “Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi. Tetapi orang pandai berdiam diri”. 

Sementara KASIH menurut para rasul di korintus, (1 Korintus 13:4-8a) “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan..” 
Dari beberapa ayat injil diatas sangatlah susah untuk diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari bagi suku migani maupun suku bangsa lainnya, namun dengan pertolongan sumber KASIH (YESUS KRISTUS) Pasti semua orang akan menerapkannya dengan cara, gaya dan sesuai dengan keadaan daerah serta budaya masing-masing suku bangsa. 
Jika disesuaikan dengan kedaan daerah dan budaya, maka budaya migani sudah mengajarkan kasih yang diberikan oleh Tuhan Allah secara Cuma-Cuma kepada moyang Migani. 

Contoh kasus dalam medan perang, jika seorang musuh dalam bahaya dan tali busurnya putus, maka suku migani akan memberikan tali busur ke pihak musuh dan mengatakan pake tali busur ini dan tembak saya. Migani; Mala Holo ka aga bui isugata A.. Noge, artinya; ambil tali busur ini, pasang dan tembak saya. Dan masih ada contoh kasus yang lainnya yang sudah diberikan Tuhan Allah kepada Nenek Moyang  Migani. Sehingga bagimana cara generasi migani saat ini untuk meneruskan nilai-nilai budaya yang baik dan menghilangkan nilai budaya yang tidak baik. 
Semoga tulisan ini membuka daya pikir manusia migani dan manusia lainnya untuk memperoleh hikmat dari Tulisan ini dan dikembangkan kepada sesama yang lainnya demi Kebenaran dan Keadilan  untuk menyambut perdamaian. 
** Penulis Adalah Pemuda Migani Yang Tinggal di Intan Jaya **