Foto: Migani |
Suku migani
suka cerita-cerita kejelekan dan kebaikan seseorang, entah tete, nene, mama,
bapa, anak, perempuan dan laki-laki. Kejelekan seseorang akan dijelekan atau
diejek (Migani; Bataya) sampai habis-habisan dan kebaikan seseorang juga akan
dijelekan atau diejek-ejek sampai habis-habisan, jadi kebaikan maupun kejelekan
sama-sama mendapat perlakuan yang sama, yaitu bataya.
Bataya dalam
bahasa Migani mempunyai pengertian Menguliti atau mengupas, jadi bataya
merupakan menguliti atau mengupas kejelekan dan kebaikan dari seseorang. Kejelekan dan kebaikan yang diejek (Migani;
Bataya) itu mempunyai nilai tersendiri bagi orang yang meng-indahkan ejekan
itu, sementara orang yang tidak meng-indahkan ejekan itu akan hanyut dalam
ejekan itu dan akan mendatangkan bahaya bagi diri sendiri dan bahaya bagi diri
orang lain.
Dalam ejekan
itu akan ada KASIH (Migani; Gane Au) kepada orang yang diejeknya, jadi (Migani,
Bataya) itu biasanya ditutupi dengan KASIH (Migani; Gane Au), jadi orang migani
mempunyai kebiasan tidak baik untuk meng-ejek sesamanya, namun dalam ejekan itu
ada Kasih.
KEBAIKAN
menurut injil di Roma Pasal 8:28 “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah.”
Sementara KEJELAKAN atau EJEKAN menurut injil Amsal 11 : 12 “Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi. Tetapi orang pandai berdiam diri”.
Sementara KASIH menurut para rasul di korintus, (1 Korintus 13:4-8a) “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan..”
Sementara KEJELAKAN atau EJEKAN menurut injil Amsal 11 : 12 “Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi. Tetapi orang pandai berdiam diri”.
Sementara KASIH menurut para rasul di korintus, (1 Korintus 13:4-8a) “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan..”
Dari beberapa ayat injil diatas
sangatlah susah untuk diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari bagi suku
migani maupun suku bangsa lainnya, namun dengan pertolongan sumber KASIH (YESUS
KRISTUS) Pasti semua orang akan menerapkannya dengan cara, gaya dan sesuai
dengan keadaan daerah serta budaya masing-masing suku bangsa.
Jika disesuaikan dengan kedaan
daerah dan budaya, maka budaya migani sudah mengajarkan kasih yang diberikan
oleh Tuhan Allah secara Cuma-Cuma kepada moyang Migani.
Contoh kasus dalam medan perang, jika seorang musuh dalam bahaya dan tali busurnya putus, maka suku migani akan memberikan tali busur ke pihak musuh dan mengatakan pake tali busur ini dan tembak saya. Migani; Mala Holo ka aga bui isugata A.. Noge, artinya; ambil tali busur ini, pasang dan tembak saya. Dan masih ada contoh kasus yang lainnya yang sudah diberikan Tuhan Allah kepada Nenek Moyang Migani. Sehingga bagimana cara generasi migani saat ini untuk meneruskan nilai-nilai budaya yang baik dan menghilangkan nilai budaya yang tidak baik.
Contoh kasus dalam medan perang, jika seorang musuh dalam bahaya dan tali busurnya putus, maka suku migani akan memberikan tali busur ke pihak musuh dan mengatakan pake tali busur ini dan tembak saya. Migani; Mala Holo ka aga bui isugata A.. Noge, artinya; ambil tali busur ini, pasang dan tembak saya. Dan masih ada contoh kasus yang lainnya yang sudah diberikan Tuhan Allah kepada Nenek Moyang Migani. Sehingga bagimana cara generasi migani saat ini untuk meneruskan nilai-nilai budaya yang baik dan menghilangkan nilai budaya yang tidak baik.
Semoga tulisan ini membuka daya
pikir manusia migani dan manusia lainnya untuk memperoleh hikmat dari Tulisan
ini dan dikembangkan kepada sesama yang lainnya demi Kebenaran dan Keadilan untuk menyambut perdamaian.
**
Penulis Adalah Pemuda Migani Yang Tinggal di Intan Jaya **