Nabire, Jubi – “Pastor jangan takut bicara soal pelanggaran
Hak asasi Manusia (HAM) di tanah Papua,”
Pastor Honoratus
Pigai, Pr satu dari sepuluh pastor baru, saat membagikan hosti kepada Umat usai
ditabiskan oleh Uskup Timika. (Jubi/Arnold Belau)
|
Hal ini ditegaskan oleh pastor
Paroki Kristus Raja (KR) Malompo, Nabire Papua saat menyampaikan sambutan usai
uskup Timika menasbihkan 10 imam di gereja katolik paroki Kristus Sahabat Kita
(KSK), Bukit Meriam, Nabire, Papua, Selasa (6/1).
Menurut pater, setiap pater yang
ditasbihkan untuk mewartakan injil dan melayani umat Tuhan di bumi ini. Juga
ditasbihkan untuk menyuarakan suara-suara orang-orang yang tak bersuara.
“Untuk pastor-pastor baru jangan
anggap pentasbihan ini sebagai puncak pencapaian sebuah prestasi. Tetapi harus
mengangkat banyak permasalahan yang terjadi di tanah papua. Terutama soal
pelanggaran HAM di tanah Papua,” katan Pater Nato.
Lanjut Pater Nato, mereka jangan
takut angkat masalah pelanggaran HAM di Papua. Karena untuk itulah para imam
ini ditasbihkan.
“Maka jangan takut untuk menyuarakan suara-suara yang yang tidak mampu untuk suarakan suaranya di tanah ini (tanah Papua-red),” tegasnya.
“Maka jangan takut untuk menyuarakan suara-suara yang yang tidak mampu untuk suarakan suaranya di tanah ini (tanah Papua-red),” tegasnya.
Selain itu, Isaias Douw, bupati
Kabupaten Nabire mengharapkan, dengan hadirnya pastor-pastor di Nabire, bisa
menjadi motivator bagi umat di Nabire dan di keuskupan Timika pada umumnya.
Sehingga iman umat di Nabire ini semakin kuat dan taat pada Tuhan.
“Dengan bertambahnya imam di Nabire
ini, dapat menambah semangat pelayanan kepada umat. Supaya seluruh umat
mendapatkan pelayanan dan sentuhan kasih Tuhan,” katanya.
Lanjut Douw, menjadi pastor adalah
pilihan berat. Karena pastor dituntut memanggul salib Tuhan dalam mewartakan
Injil di bumi ini sehingga jangan takut untuk mewartakan sabda Tuhan.
“Sabda Tuhan itu harus diwartakan kepada seluruh umat,” katanya. (Arnold Belau)
“Sabda Tuhan itu harus diwartakan kepada seluruh umat,” katanya. (Arnold Belau)