Foto-Malaikat-Maut-Foto-Sumber-Google.Com |
Setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir
telah menumpuk harta, tiga ratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas, beberapa
gedung, dan segala macam harta benda. Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat
selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.
Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat
Maut muncul di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan
segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya.
Si kikir berkata, "Bantulah aku, barang tiga hari saja.
Maka aku akan memberimu sepertiga hartaku." Malaikat Maut menolak, dan
mulai menarik nyawa si kikir.
Kemudian si kikir memohon lagi, "Jika engkau membolehkan
aku tinggal dua hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari
gudangku."
Tetapi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau
mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga ratus
ribu dinar dari si Kikir.
Akhirnya si kikir menulis berkata, "Kalau begitu, tolong
beri aku waktu untuk menulis sebentar."
Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis
dengan darahnya sendiri: "Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak
dapat membelinya dengan tiga ratus ribu dinar. Pastikan engkau menyadari nilai
dari waktu yang engkau miliki."
Sumber: Dariberbagai Sumber